Peneliti: Prasasti Talang Tuwo landasan penyelamatan lingkungan

id prasasti talang tuwo, peneliti, agus aris munandar, budaya melayu, akar tradisi nusantara, lingkungan, sriwijaya

Peneliti: Prasasti Talang Tuwo landasan penyelamatan lingkungan

Ilustrasi (FOTO ANTARA)

....Prasasti Talang Tuwo ini demikian unik karena menceritakan mengenai bagaimana pemimpin Sriwijaya ketika itu sangat memperhatikan alam, keselamatan rakyat dan mendoakan kerajaan lain....
Palembang, (ANTARA Sumsel) - Prasasti Talang Tuwo yang ditemukan di Palembang pada 1920 seharusnya menjadi landasan pembuat kebijakan dalam menyusun langkah dan strategi penyelamatan lingkungan, kata Peneliti dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Agus Aris Munandar.

"Prasasti Talang Tuwo ini demikian unik karena menceritakan mengenai bagaimana pemimpin Sriwijaya ketika itu sangat memperhatikan alam, keselamatan rakyat dan mendoakan kerajaan lain," kata Aris seusai menjadi pembicara dalam seminar internasional "Budaya Melayu Sebagai Akar Tradisi Nusantara" di Palembang, Senin.

Ia mengatakan, prasasti serupa berisikan nilai-nilai luhur seperti Prasasti Talang Tuwo ini, hingga kini belum ada yang diketemukan lagi, terutama dalam bahasa melayu kuno.

"Memang napasnya Budha, belum diketahui pasti apa tujuannya, apakah mantra Budha atau sekadar ketulusan raja dalam mendoakan rakyatnya, tapi secara isi jika ditarik ke era sekarang bahwa pada abat ke-7 sudah ada yang memperhatikan lingkungan," kata dia.

Padahal, ia melanjutkan, ketika itu Sriwijaya dalam masa keemasan dengan ditandai berlimpahnya sumber daya alam tapi sudah memikirkan pelestarian lingkungan, seperti membuat kolam dan memelihara saluran air.

"Beda dengan sekarang, jika sudah kebakaran dan kelaparan baru ribut dan hanya fokus pada upaya pengobatan," kata dia.

Selain itu, dalam prasasti ini dapat diketahui bahwa betapa pentingnya rakyat dalam sistem kerajaan karena tulisan yang dipakai adalah melayu kuno bukan tulisan berbahasa sansekerta merujuk pada agama Budha.

"Ini membuktikan bahwa Sriwijaya itu merupakan kerajaan yang kerakyatan (egaliter), bukan pada sistem kerajaan sepenuhnya," kata dia.

Menurutnya, model keluhuran budaya nenek moyang ini sangat baik diadopsi pada masa sekarang.

"Jadi para pemimpin tidak perlu pusing-pusing mencari konsep dalam bernegara, dalam prasasti ini sudah dijelaskan semua. Buah karya yang luar biasa juga tidak dapat disepelekan karena diyakini bersumber dari kalangan pemikir pada era itu bertempat tinggal di Palembang," kata dia.

Prasasti Talang Tuwo ditemukan Louis Constant Westenenk (Residen Palembang) pada 17 November 1920 di kaki Bukit Siguntang, yakni salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50 cm � 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis dalam Aksara Pallawa, berbahasa Melayu Kuno dan terdiri atas 14 baris.