Aditya runtuhkan ketangguhan Christopher di final Turnamen ISSF

id aditya harry sasongko, tenis indonesia, petenis nasional, indonesia ungguli syria, tenis issf, issf 2015, issf palembang

Aditya runtuhkan ketangguhan Christopher di final Turnamen ISSF

Petenis Indonesia Aditya Sasongko berusaha mengembalikan bola Christopher Rungkat pada pertandingan final tunggal putra Turnamen Internasional Tenis ISSF I di Stadion Tenis Bukit Asam Jakabaring, Palembang, Sumsel, Minggu (17/5). ANTARA FOTO/Feny Sel

...Jika dihitung-hitung, saya selalu kalah dari Christo, dan terakhir kali bertemu di final Garuda Master Jakarta tahun 2014, itu pun masih kalah...
Palembang (ANTARA Sumsel) - Petenis tuan rumah Indonesia Aditya Harry Sasongko mengalahkan rekan satu timnya Christopher Rungkat dalam dua set langsung 6-2, 7-6 (2) pada final tunggal putra Turnamen Tenis Internasional ISSF 2015 di Palembang, Sumsel, Minggu siang.

Hasil pertandingan di Stadion Tenis Bukit Asam Jakabaring ini cukup mengejutkan, karena Christopher tercatat sebagai pemain terbaik Indonesia dengan peringkat 450 Federasi Internasional Tenis (ITF), sementara Aditya baru menembus peringkat 1.400 ITF.

Selain itu, dalam rekor pertemuan, Aditya hanya sekali mencatat kemenangan dari Christopher yakni ketika masih bermain di level junior Kejuaraan Nasional.

"Jika dihitung-hitung, saya selalu kalah dari Christo, dan terakhir kali bertemu di Garuda Master Jakarta tahun 2014, itu pun masih kalah. Sepertinya, Christo bermain dibawa penampilan terbaiknya karena habis sakit," kata Adit yang dijumpai seusai pertandingan.

Adit tidak menampik memanfaatkan kelemahan Christopher itu dengan bermain solid sejak awal set pertama dalam mengejar poin per poin.

"Saya 'nothing to lose saja', setelah menang set pertama saya fokus mengejar set kedua dengan tetap rilex dan tidak buru-buru mau cepat selesai," kata dia.

Sementara bagi Christopher, kekalahan ini tidak terlalu mengecewakannya meski menargetkan emas pada turnamen tenis negara-negara Islam ini.

"Sebagai atlet saya tidak bisa membuat alasan atas kekalahan yang terjadi, tapi memang benar adanya bahwa satu hari sebelum ke Palembang baru sembuh sakit. Bagi saya, Adit tetap bermain lebih baik dan layak menang dan target saya mencapai puncak penampilan di SEA Games," ucap petenis yang diharapkan mempertahankan emas tunggal putra di SEA Games Singapura, Juni mendatang.

                                                             Aditya mendominasi
Sejak awal set pertama, Aditya tampil memukau dengan beberapa kali mencetak 'triple break', sementara Christopher kerap melakukan kesalahan sendiri ketika mengembalikan 'serve' keras lawan.

Pada set pertama game ke-7 terjadi perebutan angka yang cukup ketat antara dua petenis tim SEA Games Singapura ini, tepatnya ketika Adit unggul 5-2 dari Christo.

Permainan reli sempat disuguhkan kedua petenis terbaik Indonesia ini, dan mendapat sambutan dari ratusan penonton yang memadati tribun. Game ini akhirnya dimenangkan Adit setelah permainan baseline-nya dengan mengandalkan kekuatan pukulan tak mampu dibendung Christo.

Pada set kedua, Christo berupaya bangkit dan memaksa pertandingan dilanjutkan dengan 'tiebreak' setelah mampu menyusul ketinggalan skor menjadi 6-6.

Namun, permainan Adit yang solid sejak awal sangat sulit diruntuhkan Christo sehingga set kedua berakhir dengan skor 7-6 tiebreak 2.

Pelatih Tenis Indonesia Roy Therik mengatakan penampilan Adit semakin menanjak sejak bergabung di Pelatnas pada awal tahun lalu.

"Adit sejak masuk timnas tanpa peringkat ITF, kini sudah masuk 1.400-an. Saya melihat kondisi ini sangat menguntungkan tim yang ditargetkan diberegu karena bisa mengecok lawan, karena mengangap Adit bukan ancaman," kata dia.

Terkait performa Christopher, ia tidak membantah terjadi penurunan performa lantaran mengalami sakit.

"Christo dalam keadaan tidak 'perform' tapi dia tetap menjadi pilihan untuk nomor tunggal di SEA Games mendatang. Untuk tunggal kedua, ada banyak pilihan, bisa Adit, bisa Sunu, tergantung dengan lawan nanti," tuturnya.

Turnamen ISSF 2015 berhadiah 65.000 dolar AS ini diikuti 11 negara, yang terbagi dalam delapan negara untuk kelompok putra, dan empat negara untuk kelompok putri.

Pada turnamen yang bukan agenda ITF ini, tim putra menyapu semua medali emas, yakni nomor tunggal, ganda, dan beregu, sementara tim putri hanya kehilangan nomor tunggal.