Enggano bagaikan gadis cantik belum bersolek

id enggano, pulau enggano

Enggano bagaikan gadis cantik belum bersolek

Pulau Enggano Bengkulu (Foto maps.google.com)

....Membuka isolasi ekonomi di Pulau Enggano dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara itu, memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak termasuk pemerintah pusat....
Salah satu pulau terpencil di Provinsi Bengkulu yang memiliki berbagai potensi baik pertanian, prikanan, kelautan dan objek wisata serta lokasi penelitian budaya adalah Pulau Enggano yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Bengkulu Utara.

Beraneka ragam julukan diberikan oleh para tokoh dan pejabat yang mendatangi pulau terpencil itu, di antaranya Pulau Bahagia, Gundukan Dewa Laut, Pulau Dewa dan lainnya sesuai keindahan alam asli yang dimiliki dan menantikan perubahan secara teknologi.

Julukan atau pengibaratan cukup menarik dan berkesan di antaranya tercetus dari ucapan spontan Bupati Musirawas H Ridwan Mukti saat berkunjung ke Pulau Enggano, Jumat hingga Minggu, 10-12 Oktober 2014. "Pulau Enggano ibarat gadis cantik yang belum berhias atau bersolek," ucapnya.

Nah, siapa yang mampu menghiasi gadis cantik yang beranjak dewasa dan tinggal di tengah Samudra Hindia itu, jawabnya adalah keseriusan pemimpin negeri Bengkulu ke depan, kata pejabat dari Provinsi Sumatera Selatan itu.

Meskipun tidak didandani dengan perhiasan moderen pulau itu akan tetap berangsur maju secara alami seperti selama ini, namun alangkah baiknya kalau bisa bersolek dengan permata asli Enggano tersebut.

Untuk menciptakan tukang dandan atau juru rias yang profesional, tak lain adalah kehadiran sumber daya manusia dari Enggano dengan didukung untuk menimba ilmu pengetahuan setinggi-tingginya pada beberapa perguruan tinggi terkemuka di tanah air.

"Saya sebagai pejabat dari luar Bengkulu sangat tertarik untuk ikut membangun Pulau Enggano ke depan karena kondisinya saat ini memprihatinkan, terutama masalah transportasi laut dan darat di pulau tersebut," tuturnya.

Ia menilai keberadaan Pulau Dua di Enggano tak kalah indahnya dengan Raja Ampat di Papua, karena disamping sebagai potensi memancaing berskala nasional dan internasional juga objek wisata alamnya belum terusik pencemaran, udara. "Apalagi di daratannya, benar-benar indah dan masih `perawan`," ujar Ridwan Mukti.

Pulau yang berjarak sekitar 156 km atau 90 mil laut dari Kota Bengkulu itu memiliki berbagai potensi dan keunikan dunia antara lain fauna, mangrove, terumbu karang, wisata alam dan sejarah serta harta karun.

Membuka isolasi ekonomi di Pulau Enggano dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara itu, memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak termasuk pemerintah pusat.

Kalau hanya mengandalkan anggaran pemerintah daerah baik kabupaten maupun provinsi tidak akan mencukupi karena memerlukan biaya cukup besar, apa lagi Enggano salah satu pulau terpencil di bagian Barat Sumatera.

"Saya sudah lama ingin berkunjung ke Enggano, Bengkulu ini, namun baru sekarang terwujud karena ingin melihat potensi dan keindahan alam panorama di pulau terpencil itu," katanya.

Meskipun harus berjuang melawan arus gelombang mencapai di atas lima meter dengan KM Pulo Tello dengan waktu sekitar 15 jam, namun setelah sampai di pulau itu ternyata keindahannya menghilangkan rasa cemas dan trauma selama dalam perjalanan karena tak kalah indahnya dengan panorama pulau-pulau di wilayah timur Indonesia.

Daerah pemancingan di kepulauan "Raja Ampat Papua" yang terkenal selama ini ternyata ada juga di Pulau Enggano yaitu Pulau dua dan Pulau Merbau, disamping alamnya cukup indah dan masih asri.

Keterisoliran Pulau Enggano selama ini, lanjut dia, hanya keterbatasan transportasi saja yaitu satu-satunya melalui laut, di samping masih minimnya jumlah kapal yang berkunjung ke wilayah itu. Saat ini hanya ada KM Pulo Tello dan sebuah kapal milik BUMN PT Pelni yang rutin singgah secara periodik.

Bila transportasi ke wilayah itu lancar tidak hanya investor pusat yang akan menanamkan modalnya di Enggano, tapi Pemkab Musirawas juga berminat berinvestasi antara lain membuat industri hasil pertanian seperti dari bahan pisang dan melinjo.

Investasi industri seperti pisang paling tidak membutuhkan kebun inti 1.000 hektare disamping mengharapkan plasma dari kebun masyarakat setempat. Kalau dengan produksi saat ini belum mencukupi dan baru mampu dalam skala industri rumah tangga.

Selain itu membuat fasilitas pemancingan bertarap nasional dengan mengundang para pencandu olahraga hiburan yang menuntut kesabaran itu seperti di wilayah Raja Ampat, Papua Barat. Ridwan Mukti kebetulan sempat ikut dalam rombongan ke Raja Ampat tersebut sebagai salah seorang pecandu mancing nasional.

Enggano bisa maju bila dikelola putra daerah sendiri yang sumber daya manusianya sudah tinggi, mulai dari sektor kesehatan dan pendidikan. Setelah dua sektor itu terpenuhi baru menata sektor ekonomi masyarakatnya.

Masyarakat Enggano sangat bersahabat dengan para pengunjung ke pulau itu, sehingga setiap sudah berkunjung ke Enggano selalu terkesan untuk kembali lagi karena kondisi wilayah tersebut sangat alami, ujarnya.



Ingin Perubahan

Salah seorang tokoh adat Suku Kahla M Japri mengatakan warga Pulau Enggano membutuhkan pemimpin yang mampu membuka isolasi ekonomi kerakyatan, sehingga mereka dapat meningkatkan taraf hidup melalui bercocok tanam, nelayan dan hasil objek wisata yang masih terpendam.

"Kami hingga saat ini masih merasa terisolir karena transportasi terbatas untuk memasarkan hasil bumi seperti pisang, emping melinjo dan ikan asin ke Kota Bengkulu," tuturnya.

Di Pulau Enggano, lanjut dia, kehidupan dari hari kehari hanya mengandalkan kehadiran kapal perintis dari Pelni dan KM Pulo Tillo yang hanya berkunjung dua kali seminggu dan sangat tergantung dengan cuaca.

Bila kapal tidak masuk sendi kehidupan terhenti seperti pasar tradisonal yang ada di Pelabuhan Kahyapu dan Malakoni, transaksi hanya berjalan saat kapal masuk dan akan berangkat, demikian juga hasil bumi tertumpuk di pelabuhan.

"Kami sangat mengharapkan Pulau Enggano bisa terbuka seperti pulau-pulau terpencil lainnya di tanah air, namun harapan itu tak kunjung berkesampaian karena kondisi dan mungkin niat pemimpin masih terbatas wawasannya," tutur Japri.