London (ANTARA Sumsel) - Film Indonesia berjudul "Vakansi yang janggal dan penyakit lainnya" karya sutradara Yosep Anggi Noen, mengikuti Festival Film Locarno ke-65 di kota yang berbatasan dengan Italia di putar di Gedung Teater La Sala di Locarno, Swiss.
"Lebih dari 500 pengunjung memadati Gedung Teater La Sala di Locarno, Swiss, menyaksikan pemutaran film Indonesia yang diputar selama tiga hari berturut-turut dan mendapat sambutan yang hangat dari para penonton, ujar Pensosbud KBRI Bern Mohammad Budiman Wiriakusumah kepada ANTARA London, Jumat.
Penonton menyatakan kekagumannya atas keindahan alam Indonesia, yang ditayangkan dalam film tersebut.
"Saya sengaja mengambil setting gambar di wilayah pegunungan Dieng, kawasan Temanggung, dan daerah pedesaan di wilayah Jawa Tengah, untuk memperkenalkan keindahan alam Indonesia kepada para penonton", kata sang Sutradara, Yosep Anggi Noen.
Strateginya tersebut terbukti berhasil, mengingat komentar senada dari para penonton, yang kebanyakan warga Swiss dan Italia.
Melalui film ini, mereka pun dapat mengenal keindahan alam Indonesia.
Film yang diproduksi oleh Limaenamfilms dan Tembi rumah budaya Yogyakarta ini bercerita mengenai kehidupan Ning, yang jenuh terhadap sikap acuh tak acuh suaminya, Jarot, yang tidak bekerja.
Hingga suatu waktu, Ning mendapatkan pekerjaan baru di toko mebel, dan harus mengantarkan pesanan mebel dari Yogyakarta ke Temanggung dengan diantar oleh teman sekerjanya, Mur. Pada perjalanan tersebut, timbullah cinta di antara keduanya.
Pemutaran film Vakansi yang janggal dan penyakit lainnya pada Festival Film Locarno, yang berlangsung sejak tangal 1 hingga 11 Agustus ini, merupakan prestasi tersendiri, mengingat hingga saat ini hanya tiga film Indonesia yang tercatat pernah berpatisipasi dalam ajang tersebut.
Film "Pulang" karya Basuki Effendy yang ikut dalam Festival Film Locarno tahun 1955 dan Puisi Tak Terkuburkan karya Garin Nugroho yang meraih penghargaan khusus Video Silver Leopard pada tahun 2000.
Sutradara Anggi Noen terkejut, ketika dihubungi pihak panitia festival, yang mengabarkan bahwa filmnya termasuk salah satu dari lima belas nominator untuk kategori Concorso Cineasti del Persente (Filmmakers of the Present).
Berbagai penghargaan senilai total lebih dari 100.000 Swiss frank ditawarkan untuk para pemenang pada festival tersebut.
Festival ini merupakan salah satu festival film tertua di dunia, setara Festival Film Cannes dan Venice, yang diselenggarakan pertama kali pada tahun 1946.
Pada festival tahun ini, ditampilkan sebanyak 300 film dari berbagai genre dari 50 negara di dunia dan ratusan seniman dan kritikus film dunia yang dalam acara penutupan.
(ANT/H-ZG/A025)
Berita Terkait
Ini alasa Abun dan Callista gabung serial "Saudade"
Selasa, 17 Desember 2024 21:00 Wib
Ryu Seung-ryong hadir di penayangan "2nd Miracle In Cell No. 7"
Selasa, 17 Desember 2024 9:25 Wib
"Keajaiban Air Mata Wanita" siaptayang mulai 23 Januari 2025
Selasa, 17 Desember 2024 9:12 Wib
Vina Panduwinata senang terlibat di Swara Prambanan
Senin, 16 Desember 2024 19:10 Wib
MUBI angkat kisah perjuangan perempuan Indonesia di pameran "Herstory"
Rabu, 11 Desember 2024 14:34 Wib
Pentingnya penyensoran pada materi penyiaran
Senin, 9 Desember 2024 15:39 Wib