Terasi Bangka Selatan tembus pasar internasional

id terasi, bangka

Toboali, Bangka Selatan, (ANTARA News ) - Produksi terasi udang Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, sudah menembus pasar internasional karena dibuat tanpa bahan pengawet dengan cita rasa yang khas.

"Hasil industri rumah tangga tersebut laris manis di Belanda, Singapura dan Malaysia, namun kendalanya produksi terbatas," kata Kabid IKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bangka Selatan, Yapiter di Toboali, Kamis.

Ia juga menjelaskan, pada 2011 Pemkab Bangka Selatan hanya mampu mengekspor 300 kilogram per bulan ke Belanda, Singapura dan Malaysia karena produksi yang belum memadai seiring keterbatasan bahan baku, tenaga kerja dan pengolahan terasi yang masih tradisional.

"Harga terasi yang ditawarkan cukup murah, hanya Rp5.000 per bungkus (satuan isi lima ons), sehingga permintaan pasar lokal, nusantara dan internasional terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi," ujarnya.

Ia mengatakan, pada 2011 produksi terasi udang dan ikan mencapai 23 ton atau mengalami peningkatan jika dibandingkan produksi tahun sebelumnya hanya sekitar 15 hingga 16 ton per tahun.

"Peningkatan jumlah produksi terasi tersebut, seiring jumlah IKM yang memproduksi terasi juga mengalami peningkatan mencapai 248 unit atau hampir 50 persen dari total IKM 505 unit tersebar di Kecamatan Toboali, Air Gegas, Simpang Rimba, Lepar Pongok, Tukak Sadai, Pulau Besar, dan Payung.

Pada tahun ini, diperkirakan produksi terasi akan terus meningkat, karena cita rasa dan kwalitas hasil produk itu sangat diminati masyarakat," ujarnya.

Menurut dia, meski perajin terasi ini bertambah, namun mereka tetap kewalahan memenuhi permintaan pasar, karena mereka belum mengunakan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produksi.

"Kami sudah mencoba menawarkan mesin mengolahan udang dan ikan untuk meningkat produksi, namun mereka enggan mengunakan mesin tersebut dengan alasan akan mempengaruhi cita rasa dan mutu terasi yang mereka hasilkan," ujarnya.

Selain itu, kata dia, untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku terasi khususnya bahan baku udang, kami mengembangkan budidaya udang kerambah apung ini agar ketersediaan bahan baku untuk kebutuhan usaha ini selalu memadai.

"Saat ini, pelaku usaha terasi ini mulai mengalami kesulitan bahan baku udang, karena kondisi cuaca di perairan yang masih memburuk seperti gelombang tinggi, angin kencang dan lainnya, sehingga hasil tangkapan nelayan menurun," ujarnya.(ANT-WRA/Parni)