BPOM imbau warga kurangi konsumsi antibiotik cegah risiko AMR

id Aceh,antimikroba,resistensi antimikroba,AMR,BPOM Aceh,antimicrobial resistance

BPOM imbau warga kurangi konsumsi antibiotik cegah risiko AMR

Arsip - Hasil monitoring dan evaluasi RAN PRA tahun 2020-2024 menunjukkan bahwa upaya pengendalian resistensi antimikroba mencapai hasil positif. (ANTARA/HO-FAO)

Banda Aceh (ANTARA) - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Aceh mengimbau masyarakat setempat untuk mengurangi konsumsi antibiotik yang tidak tepat sasaran guna mencegah resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) yang berisiko terhadap kesehatan.

Ketua Tim Inspeksi Obat BPOM Aceh Naila dalam keterangan di Banda Aceh, Selasa, mengatakan penggunaan antibiotik yang tidak tepat menjadi salah satu penyebab utama dari AMR.

"Konsumsi antibiotik yang berlebihan atau penghentian pengobatan sebelum waktunya dapat memperburuk risiko resistensi," katanya dalam dialog yang digelar BPOM Aceh bertajuk antimicrobial resistance yang perlu diketahui masyarakat.

Dalam dialog tersebut juga menghadirkan Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh Syamsul Rizal. Ketua Tim Bidang Informasi dan Komunikasi BPOM Aceh Endang Yuliwati menyebut pentingnya pendekatan holistik dalam pencegahan AMR, termasuk penggunaan antibiotik secara bijak, peningkatan kebersihan, praktik pertanian berkelanjutan, serta edukasi masyarakat.

"Penanganan AMR membutuhkan kerja sama multidisipliner dari berbagai sektor, seperti kesehatan manusia, kesehatan hewan, pertanian, dan lingkungan," ujarnya.

Kegiatan ini sebagai bagian dari kampanye global AMR Awareness Week 2024, yang juga menegaskan komitmen BPOM Aceh dalam mengedukasi masyarakat tentang pengendalian resistensi antimikroba.

“Diharapkan dialog ini mampu mendorong kesadaran kolektif dan aksi nyata dari masyarakat Aceh untuk bersama-sama melawan ancaman resistensi antimikroba,” ujarnya.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh Syamsul Rizal menilai bahwa resistensi antimikroba adalah ancaman global yang menghambat pengobatan infeksi akibat mikroorganisme yang kebal terhadap obat.

"AMR terjadi ketika mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur mampu bertahan terhadap obat yang seharusnya efektif mengendalikan mereka, sehingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak efektif," ujarnya.