Selain itu, kata Hidayatulloh, konstruksi rumah sudah rapuh dan tergolong rumah tidak layak huni (RTLH). Dampaknya, rumah ambruk hampir di seluruh bangunan yang dihuni tiga orang itu.
“Untuk saat ini korban mengungsi di rumah adiknya, sedangkan keluarga anak dan cucunya kami relokasi ke rumah kontrakan -hunian sementara- di lingkungan RW tersebut,” katanya.
Selain itu, kejadian tersebut berdampak pada rumah kontrakan yang dihuni keluarga lain, dan rumah tersebut menggantung karena tergerus aliran Sungai Cipakancilan.
“Kami mengimbau pihak terdampak untuk hati-hati dan waspada apabila terjadi hujan deras yang disertai tiupan angin kencang, karena berpotensi terjadi ambruk susulan,” katanya.
Hidayatulloh menyebutkan pula, kebutuhan mendesak yang diperlukan adalah Bantuan Sosial Tidak Terencana (BSTT) bila korban memiliki hak. Serta rumah susun sederhana sewa (rusunawa) jika tanah tersebut milik daerah aliran sungai (DAS). (KR-SBN)
Gegara kondisi rumah sudah rapuh, nenek Acih (75) tertimpa ambrukan atap
BPBD Kota Bogor saat mengevakuasi korban rumah ambruk di Kelurahan Bondongan, Minggu (5/5/2024). ANTARA/HO-BPBD Kota Bogor.
