Pakar: Polisi patut cermat bedakan bullying dan ragging

id reza indragiri amriel,berita palembang, berita sumsel,Pakar psikologi forensik , korban bully Geng Tai,ragging,bullying

Pakar: Polisi patut cermat bedakan bullying dan ragging

Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel. ANTARA/Dewanto Samodro/aa.

 Lantas, kata dia, bergabunglah anak atau seseorang tadi ke dalam geng tersebut dan menjalani ritual atau seremoni kekerasan yang memang merupakan identitas atau budaya geng itu.  
"Kalau kronologinya sedemikian rupa, maka kekerasan yang menimpa anak tersebut tidak bisa serta-merta dikategori sebagai bullying. Itu ragging," kata Reza memaparkan.
 
Dalam bullying, lanjut dia, dikotomi pelaku dan korban sangat jelas. Sedangkan dalam ragging, relasi antar anak atau seseorang tadi tidak lagi hitam putih. Apalagi jika si anggota baru bertahan dalam geng tersebut, maka ia pun sesungguhnya bukan korban.
 
"Mindset-nya adalah ia secara sengaja melalui "masa belajar" untuk kelak menjadi pelaku kekerasan pula," ujarnya.
 
Bahkan betapa pun si anggota baru babak belur, tetap saja anak atau seseorang tadi awalnya bukan korban bullying. Kecuali andai saat dipukuli si anggota baru itu merasa sakit, tak sanggup bertahan, ingin berhenti, apalagi jika ia minta agar tak lagi digebuki, namun anggota-anggota lama terus menghujaninya dengan pukulan, maka pada saat itulah ragging berubah menjadi penganiayaan.
 
Reza menambahkan, baik bullying maupun ragging, keduanya memang harus disetop. Namun dengan mengidentifikasi secara akurat apakah kejadian yang polisi tangani sesungguhnya merupakan bullying atau ragging, proses penegakan hukum akan berjalan tepat sasaran.
 
"Demikian pun masyarakat akan bisa menakar sebesar apa simpati perlu diberikan," kata Reza.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar: Polisi patut cermat bedakan bullying dan ragging