Willa memaparkan jika ditemukan sejumlah gejala tersebut, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan untuk memastikan kondisi pasien. Pemeriksaan tersebut menggunakan sejumlah indikator seperti menusukkan jarum untuk mengecek apakah ada penurunan dalam sensibilitas benda tajam, serta pemeriksaan dengan kapas untuk mendeteksi sensibilitas dalam meraba.
"Jadi itu biasanya pada penderita kusta otomatis dia (sensibilitasnya) akan berkurang. Apabila dua pemeriksaan itu belum juga mumpuni, belum membawa hasil yang memuaskan, biasanya kita akan melakukan pemeriksaan dengan suhu panas dan suhu dingin," jelasnya.
Willa mengatakan penyakit yang juga diketahui sebagai Morbus Hansen ini dapat menyerang siapapun, baik anak-anak maupun dewasa. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada orang di usia 25-35 tahun.
Sejumlah faktor risiko seperti lingkungan yang buruk, kondisi sosio-ekonomi yang rendah, serta rendahnya sistem imun pada tubuh meningkatkan risiko terjadinya kusta pada seseorang.
Meski demikian, Willa menyebutkan penyakit kusta dapat disembuhkan. Untuk itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat bila mendapatkan sejumlah gejala dan ciri-ciri yang telah disebutkan, karena dengan mengenali gejalanya sedari dini, maka pengidap kusta dapat terobati dengan cepat dan tepat.
"Lalu, hentikan stigma negatif pada kusta, karena memang penyakit ini terlihat dari luar jelas bentuknya memang kadang agak menakutkan. Kalau kita nggak sama-sama untuk memusnahkan kusta, ini kusta akan tetap terus ada," tuturnya.
Untuk diketahui, Hari Kusta Sedunia diperingati setiap tanggal 28 Januari. Pada tahun ini, Hari Kusta Sedunia bertemakan "Kalahkan Kusta". Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 mencatat Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara yang memiliki pengidap kusta terbanyak di dunia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter: Waspadai adanya perubahan warna kulit, bisa jadi gejala kusta
Berita Terkait
Indonesia bentuk Satgas Penyakit Demam Babi Afrika
Rabu, 18 Desember 2024 14:27 Wib
Tes genomik mungkinkan temuan variasi gen yang berisiko penyakit jantung
Rabu, 18 Desember 2024 1:00 Wib
Ahli beri tips hadapi sejumlah penyakit pancaroba
Selasa, 17 Desember 2024 10:07 Wib
Pakar kesehatan ingatkan masyarakat tak anggap remeh batuk dan pilek
Selasa, 17 Desember 2024 9:36 Wib
Warga OKU diminta waspada penyebaran DBD
Minggu, 15 Desember 2024 19:30 Wib
Gejala yang patut dicurigai sebagai lupus
Rabu, 11 Desember 2024 17:25 Wib
Dokter: Sebaiknya redakan lupus sebelum berencana hamil
Rabu, 11 Desember 2024 16:49 Wib
Kenali gejala dan penanganan diabetes melitus pada anak
Senin, 9 Desember 2024 16:57 Wib