Cuma urusan fana, jangan terlalu keras pada diri sendiri

id terlalu keras pada diri sendiri,Self Compassion,belas kasih pada diri sendiri,welas asih

Cuma urusan fana, jangan terlalu keras pada diri sendiri

Ilustrasi orang bekerja. (ANTARA/JESHOOTS-com -Pixabay)

- Pura-pura tidak apa-apa. Begitu kerasnya pada diri sendiri hingga orang ini tak mengizinkan dirinya jatuh sakit, merasa lelah, atau mengalami kebosanan. Meski semua itu adalah hal yang wajar, ia menampik kondisi buruk tersebut terjadi pada dirinya. Agar tidak tampak lemah, dalam kondisi tidak baik-baik saja pun ia akan selalu berpura-pura tidak apa-apa.

 

Belas kasih

Bukan hanya kepada sesama, satwa, dan tumbuhan, kita juga harus memiliki sifat belas kasih, termasuk pada diri sendiri. Karena hanya anda yang paling mengenali dan memahami diri sendiri. Jika kehidupan dan atasan telah berlaku kejam, tak semestinya anda turut bersikap keras pada diri sendiri.

Memiliki kekurangan dan sesekali tanpa sengaja melakukan kesalahan adalah manusiawi. Bila kita mampu memaklumi dan memaafkan kesalahan orang lain, sebaiknya kita juga bisa memaafkan kesalahan diri sendiri.

Psikolog sosial Alice Boyes berpandangan bahwa kesalahan itu terkadang bikin sehat karena memotivasi diri untuk memperbaiki kesalahan.

Jangan mudah runtuh akibat perundungan oleh sebab kesalahan yang anda lakukan. Lingkungan kerja yang sehat, atasan yang bijak, dan rekan kerja yang tulus tentu tidak akan berbuat demikian.

Manakala memperoleh perlakuan buruk dari orang lain, jangan terlalu cepat menyalahkan diri sendiri. Boleh saja sebagai bahan introspeksi diri, tetapi perlakuan buruk itu belum tentu karena kesalahan anda, bisa jadi dia yang tak pandai menghargai orang lain. Sikap gampang menyalahkan diri yang berlebihan dapat menggerus kepercayaan diri.

Selanjutnya teruslah mengenali diri sendiri secara lebih mendalam dengan mengetahui segala kekurangan dan kelemahan. Bukan lantas minder, melainkan untuk belajar menerima diri dan meminimalkan efeknya. Kemudian temukan banyak kekuatan dan keunggulan, tidak untuk menyombong, tetapi sebagai bekal memperbaiki kepercayaan diri. Anda yang paling tahu keistimewaan dalam diri, dari situ pupuk terus untuk berkembangnya kreativitas dan kompetensi yang cemerlang.

Sesungguhnya tidak ada SDM bodoh, semua orang memiliki keunikan masing-masing yang berbeda satu sama lain. Apakah keunikan itu dapat berkembang menjadi keunggulan, amat tergantung bagaimana perusahaan, instansi, dan lembaga memperlakukannya. Seperti ungkapan,”Tidak ada murid yang bodoh, yang ada guru gagal menggali potensi terbaiknya”.

Boleh juga mulai belajar menolak. Jika posisi sebagai bawahan bukan berarti harus selalu tunduk terhadap apapun yang ditugaskan atasan. Untuk tugas-tugas yang berlebihan, di luar tanggung jawab kerja, atau melampaui batas yang membuat hampir seluruh waktu kita terenggut oleh pekerjaan, maka harus berani menolak. Dengan mengatakan "tidak" merupakan cara untuk memberi batas kepada mereka supaya mereka tahu bahwa kita tidak suka dipaksa dan ingin dihargai hak-haknya. Karena kita bekerja di era industri dan bukan zaman perbudakan.

Miliki harga diri dengan menghindari sikap menghamba, kecuali pada Yang Maha Kuasa. Karena hanya Dia yang menjamin seluruh kehidupan kita. Maka sayangi diri, tidak perlu berlaku keras pada diri sendiri hanya demi mempertahankan posisi atau memperoleh promosi, sesuatu yang bersifat fana belaka.

Hal lain yang perlu dilakukan agar tidak bersikap keras pada diri sendiri adalah dengan bersyukur. Bersyukurlah atas banyak alasan yang Tuhan anugerahkan kepada kita, tanpa menunggu contoh orang lain yang lebih susah daripada kita, baru bisa merasa beruntung.

Bila sampai hari ini belum mencapai kegemilangan dalam karier, tetap yakini bahwa Anda hebat, hanya saja belum ditemukan oleh orang yang tepat.