Perguruan tinggi
Berangkat dari pengalaman itu, kalangan perguruan tinggi bahu-membahu membangun sistem Acad C-SIRT untuk mencegah serangan siber.
Sebelum adanya sistem ini, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) merupakan instansi resmi di dalam negeri yang bertanggung jawab menghadapi serangan siber termasuk ke kampus-kampus.
Menurut Prof. Indrajit, sasaran serangan siber kepada kampus-kampus yang jumlahnya 5.000 itu juga seperti halnya perbankan. Sementara, sistem pertahanan dari masing-masing kampus ini beragam: ada yang mudah ditembus dan ada juga yang sudah memiliki sistem yang mumpuni.
Mengapa perlindungan sistem jaringan siber di kampus sangat penting, karena di dalamnya menyangkut peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga bisa dibayangkan kalau yang diretas nilai atau kelulusan.
Tak hanya itu kampus juga memiliki hasil-hasil penelitian yang mayoritas saat ini berformat digital serta banyak yang belum dimasukkan ke dalam daftar hak kekayaan intelektual (Haki).
BSSN sendiri dalam menghadapi serangan siber sudah membangun sistem peringatan dini sehingga sebelum instansi Pemerintah, perusahaan, atau kampus mendapat serangan, sudah mendapat peringatan diri agar bersiap.
Dalam perjalanannya, ternyata kampus merupakan institusi yang paling banyak mendapat serangan. Namun belum banyak yang bisa membantu meski sudah ada sistem peringatan dini.
Berangkat dari hal itu sebagian kampus terutama berbasis teknologi sudah memiliki sistem pengamanan sendiri lewat Acad C-SIRT.
Salah satu kampus yang memiliki sistem pertahanan ini adalah Swiss German University (SGU) termasuk membangun Pusat Operasi Keamanan (Security Operation Center - SOC) dengan memanfaatkan dana hibah.
SOC ini juga digunakan untuk membantu kampus-kampus lain yang belum memiliki sistem pertahanan yang memadai. Setidaknya SOC bisa mengantisipasi adanya serangan agar jangan sampai merusak sistem yang ada.
Prof. Indrajit menyarankan setiap kampus memiliki sistem pengawasan untuk memantau aktivitas yang mencurigakan pada perangkat keamanan. Ciri dari serangan itu bisa dilihat dari upaya untuk masuk tetapi berkali-kali gagal, namun pelaku tidak kapok serta masih mengupayakan.
Indrajit mengibaratkan setiap kampus memiliki standar seperti alat pemadam api ringan (APAR). Setidaknya setiap kali ada upaya untuk masuk bisa ditangani sendiri lebih dahulu. Jangan langsung memanggil pemadam kebakaran kalau apinya masih kecil.
Berita Terkait
BlackBerry buka Pusat Keunggulan Keamanan Siber di Malaysia
Rabu, 27 Maret 2024 10:15 Wib
Patroli siber digiatkan untuk atasi hoaks seusai pemungutan suara
Kamis, 15 Februari 2024 10:56 Wib
Kartu SIM telepon milik tiga pimpinan DKPP diretas
Selasa, 9 Januari 2024 15:44 Wib
Buku kenotariatan siber Ikano Unpad sumbangsih kepada ilmu pengetahuan
Minggu, 17 Desember 2023 14:38 Wib
11 daerah di Sumsel telah terapkan tim tanggap insiden siber sektor
Selasa, 28 November 2023 6:27 Wib
Diskominfo Musi Banyuasin luncurkan Tim Tanggap Insiden Siber
Senin, 27 November 2023 6:39 Wib
Aftech sebut pentingnya perlindungan data pribadi dan keamanan siber
Minggu, 26 November 2023 16:19 Wib
Pemkab OKI ikut serta bentuk tim tanggap insiden siber sektor Sumsel
Jumat, 24 November 2023 20:34 Wib