Mengolah kotoran sapi jadi bio oil, ini penjelasannya
Digestate itu, menurut Hanif, biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara disebar langsung atau dikomposkan terlebih dahulu sebelum disebar di lahan pertanian dan padang rumput.
Namun, menurut dia, cara itu berpotensi melepaskan gas rumah kaca yang masih terfiksasi di dalam digestate, membentuk aerosol garam amonium yang dapat mencemari udara, menyebabkan fitotoksisitas pada tanaman serta menyebarkan patogen.
"Salah satu proses yang dapat digunakan untuk mengolah digestate adalah teknologi HydroThermal Liquefaction (HTL) atau pencairan hidrotermal," katanya.
Dengan demikian proses ini dapat memproses bahan baku dengan kadar air yang tinggi tanpa harus melewati proses pengeringan layaknya pada proses pirolisis dan gasifikasi.
"Jadi, konsumsi energinya jauh lebih rendah," kata Hanifrahmawan.
Ia menjelaskan proses HTL pada penelitian ini menggunakan sejumlah mineral lempung sebagai katalis.
Menurut dia, mineral lempung yang diuji merepresentasikan berbagai kelas filosilikat yaitui kaolinite, montmorillonite, talc, vermiculite, phlogopite, meixnerite, attapulgite, dan alumina.
"Evaluasi yang komprehensif pun telah dilakukan terhadap berbagai mineral lempung yang tersedia secara alami dan komersial," ucapnya.
Hanifrahmawan melakukan riset tersebut bersama dengan Budhijanto PhD (Departemen Teknik Kimia, FT UGM) dan Dr Eng Adhika Widyaparaga (Departemen Teknik Mesin dan Industri, FT UGM).
Tim peneliti UGM berencana untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai pengembangan katalis berbasis mineral lempung ini untuk valorisasi berbagai limbah biomassa basah yang jumlahnya signifikan di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti UGM manfaatkan lempung untuk olah kotoran sapi jadi bio oil
Namun, menurut dia, cara itu berpotensi melepaskan gas rumah kaca yang masih terfiksasi di dalam digestate, membentuk aerosol garam amonium yang dapat mencemari udara, menyebabkan fitotoksisitas pada tanaman serta menyebarkan patogen.
"Salah satu proses yang dapat digunakan untuk mengolah digestate adalah teknologi HydroThermal Liquefaction (HTL) atau pencairan hidrotermal," katanya.
Dengan demikian proses ini dapat memproses bahan baku dengan kadar air yang tinggi tanpa harus melewati proses pengeringan layaknya pada proses pirolisis dan gasifikasi.
"Jadi, konsumsi energinya jauh lebih rendah," kata Hanifrahmawan.
Ia menjelaskan proses HTL pada penelitian ini menggunakan sejumlah mineral lempung sebagai katalis.
Menurut dia, mineral lempung yang diuji merepresentasikan berbagai kelas filosilikat yaitui kaolinite, montmorillonite, talc, vermiculite, phlogopite, meixnerite, attapulgite, dan alumina.
"Evaluasi yang komprehensif pun telah dilakukan terhadap berbagai mineral lempung yang tersedia secara alami dan komersial," ucapnya.
Hanifrahmawan melakukan riset tersebut bersama dengan Budhijanto PhD (Departemen Teknik Kimia, FT UGM) dan Dr Eng Adhika Widyaparaga (Departemen Teknik Mesin dan Industri, FT UGM).
Tim peneliti UGM berencana untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai pengembangan katalis berbasis mineral lempung ini untuk valorisasi berbagai limbah biomassa basah yang jumlahnya signifikan di Indonesia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti UGM manfaatkan lempung untuk olah kotoran sapi jadi bio oil