Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah berpeluang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa, karena pasar menantikan hasil rapat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Kamis (21/9) waktu Indonesia.
“Dengan membaiknya data ekonomi AS belakangan ini dan inflasi yang belum turun ke 2 persen, kemungkinan besar The Fed akan mempertahankan suku bunganya di rapat kali ini, tapi The Fed mungkin akan memberikan indikasi untuk tetap mendukung kebijakan suku bunga tinggi,” ujar dia ketika dihubungi Antara di Jakarta.
Selain itu, harga minyak mentah yang terus meningkat dapat menjadi masalah baru bagi perekonomian global dan menyulut inflasi. Untuk Indonesia, kenaikan harga minyak mentah menambah kebutuhan dolar AS guna mengimpor minyak mentah.
“Jadi, faktor ini bisa mendukung penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya, termasuk rupiah,” ucap Ariston.
Dia memprediksi potensi pelemahan rupiah pada hari ini berkisar Rp15.380-Rp15.400 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp15.330 per dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah 0,08 persen atau 12 poin menjadi Rp15.382 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.370 per dolar AS.
Pada Senin (18/9), Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga mengatakan pelemahan rupiah dipengaruhi The Fed yang diperkirakan akan mempertahankan sikap hawkish menjelang pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral AS.
“Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya ketika mengumumkan keputusan terbarunya pada hari Rabu (20/8, waktu AS) , namun juga kemungkinan akan mempertahankan sikap hawkish-nya, menandakan kemungkinan setidaknya satu kali kenaikan (suku bunga) lagi pada tahun ini,” kata Ibrahim.