Hipotiroid kongenital tidak bergejala saat bayi lahir

id hipotiroid kongenital ,skrining hipotiroid kongenital ,bayi lambat pertumbuhan,penyakit bayi,dokter spesialis anak,keseh,berita sumsel, berita palemba

Hipotiroid kongenital tidak bergejala saat bayi lahir

Ilustrasi: Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono saat menghadiri peluncuran ulang (relaunching) Program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) bayi baru lahir di Puskesmas Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (31/8/2022). (ANTARA/HO-Kemenkes)

Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Hasan Sadikin Bandung, dr Faisal, mengatakan penyakit kelainan bawaan lahir hipotiroid kongenital tidak bergejala saat bayi baru dilahirkan.
 
"Penyakit ini tidak bergejala saat lahir. Pada fase awal kelahiran, penyakit ini belum menunjukkan gejala signifikan," katanya dalam acara gelar wicara tentang hipotiroid kongenital yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
 
Faisal mengungkapkan gejala dari hipotiroid kongenital akan muncul ketika hormon tiroid yang diberikan ibu pada saat kehamilan habis, sedangkan produksinya akan digantikan oleh produksi mandiri seorang bayi setelah tali pusar bayi terputus.
 
Umumnya, kata dia, hormon tiroid yang diberikan ibu pada saat kehamilan bisa bertahan hingga usia bayi 2-4 minggu.
 
"Ketika habis dan bayi tidak mampu produksi hormon tiroid secara mandiri, baru muncul gejalanya. Biasanya bayi lemas, awalnya menetek kuat, lama lama kurang, bisa juga kuning berkepanjangan," ujar Faisal.
 
Pada usia selanjutnya, kata dia, anak akan mengalami kelemahan reflek otot, serta muncul gejala khas seperti wajah bengkak, lidah menebal, jarang menyusu, jarang menangis, badan dingin, hingga sembelit yang seluruhnya karena otot bayi yang lemah.