Endang menuturkan, terjadinya bentukan kelompok remaja juga dipengaruhi pola asuh orang tua yang tidak tepat. Kurangnya pengontrolan, hingga perhatian orang tua.
Sehingga, mereka ingin mencari identitas diri dan perhatian lingkungan luar yang bisa membuat remaja bebas bercerita menyampaikan keinginan dan keresahan bersama teman di tempat tongkrongan.
"Kalau lingkungannya positif maka remaja akan menyalurkan energi yang positif, tetapi bila negatif, maka bisa menjadi masalah sosial," katanya.
Kemudian, lanjut Endang, kurangnya pengawasan lingkungan juga membuat remaja mudah melanggar norma atau aturan di masyarakat. Seakan-akan apa yang dilakukan remaja bukan urusan masyarakat lainnya sehingga tak perlu diurus.
Sebagai solusi terhadap masalah remaja ini, Endang menuturkan bahwa keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak, sehingga orang tua dan peran ayah harus difungsikan, berikan kasih sayang yang dibutuhkan anak.
"Orang tua harus menjadi sumber perhatian sekaligus sebagai tempat curhat yang nyaman buat anak, bukan di luar rumah, dan harus mampu menjadi teladan buat anak-anaknya," ujarnya.
Selain itu, tambah Endang, dunia pendidikan juga perlu membangun koordinasi dengan orang tua dan guru terkait perkembangan dan pergaulan anak, langkah ini bisa membantu mendeteksi dini arah pergaulan anak.
"Pentingnya melibatkan anak atau remaja dalam program -program yang positif," demikian Endang Setianingsih.
