Diabetes pada anak dan jajanan kaya kadar gula di sekitarnya

id diabetes,sindrom metabolik, kesehatan anak,gula,kasus diabetes pada anak

Diabetes pada anak dan jajanan kaya kadar gula di sekitarnya

Petugas kesehatan dari Puskesmas Margadadi mengambil sampel darah warga untuk mengukur kadar gula darah di Posyandu Karangmulya Desa Pabean udik, Indramayu, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/rwa.

Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus diabetes pada anak usia 0 hingga 14 tahun pada 2023 meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010.

Meningkatnya kasus diabetes tipe 2 pada anak, disebabkan berbagai pemicu. Salah satu pemicu itu adalah faktor jajanan yang ada di lingkungan sekitar. Sejauh ini tak ada aturan terkait pembatasan gula pada jajanan yang dikonsumsi anak.

Anindya (11) misalnya, siswa kelas enam SD di Kabupaten Tangerang, mengaku sering minum minuman manis yang mudah didapatnya di kantin sekolah. Minuman manis tersebut dijual dengan harga mulai dari Rp1.000 saja.



“Enggak dilarang kok (sama orang tua),” kata Anindya di Tangerang, beberapa waktu lalu.

Minuman manis tersebut dikonsumsinya hampir setiap hari. Tak hanya Anindya, teman-temannya pun juga kerap mengonsumsi minuman jenis serupa. Minuman manis itu awalnya dalam bentuk saset dan kemudian diberi air dan tambahan es batu. Minuman tersebut dengan mudah dapat ditemukan tidak hanya di kantin sekolah tetapi juga di luar kantin

Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, mengatakan jajanan yang tidak bergizi, kaya akan gula serta karbohidrat memang dengan mudah ditemukan di sekitar anak. Dalam jangka panjang akan berdampak pada kesehatan anak.

“Makanan yang minim nutrisi tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit sindrom metabolik,” kata Piprim di Jakarta, beberapa waktu

Sindrom metabolik merupakan gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan yang berkaitan dengan berbagai peningkatan risiko penyakit diantaranya penyakit jantung, stroke dan diabetes.

Tak hanya minuman manis dengan harga murah yang mudah ditemukan. Minuman manis boba dengan harga premium juga kaya akan kandungan gula. Studi nutrisi yang diterbitkan National Center for Biotechnology Information (NCBI) menunjukkan satu gelas minuman kekinian dengan ukuran 16 ons melebihi batas atas asupan gula tambahan yang direkomendasikan oleh Komite Penasihat Pedoman Diet Amerika Serikat (AS) 2015. Satu gelas minuman boba tersebut dapat menghasilkan total kalori jauh di atas 16 persen dari total asupan energi.

Begitu juga dengan es krim kekinian yang saat ini menjamur dan mudah ditemukan di berbagai daerah. Dalam satu gelas minuman boba sundae terkandung dari 260 takaran saji, memiliki kandungan kalori 364 kkal.

Selain itu juga makanan tinggi kadar lemak yang mudah ditemukan di sekitar anak. Para orang tua dengan mudah menyajikannya dengan alasan praktis.

Piprim menjelaskan, jika anak sedari awal terus menerus diberi makanan tinggi indeks glikemik, maka dapat secara cepat meningkatkan gula darah dan menurunkannya kembali secara drastis.

Dampaknya insulin akan diproduksi terus menerus dan tinggi kadarnya di dalam darah dan mengakibatkan pankreas bekerja ekstra dan menyebabkan diabetes.

Gaya hidup yang kurang bergerak seperti bermain gawai, juga turut mempengaruhi kesehatan anak serta mempercepat terjadinya penyakit generatif, penuaan dini karena terjadinya inflamasi kronik. Tak heran,, diabetes tipe 2 yang biasanya dialami orang dewasa berusia 40 tahun ke atas, kini juga banyak menyerang remaja.



Tinggi gula

Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat, Dr dr Tan Shot Yen M Hum, mengatakan kandungan gula yang tinggi pada susu kental manis juga dapat menyebabkan diabetes. Hal itu disebabkan kental manis mengandung tambahan gula yang tinggi dan protein yang sangat rendah, sehingga minim zat gizi bermanfaat

Tan mengatakan 45 gram susu kental manis yang diencerkan hingga 150 cc untuk satu kali minum bisa mengandung kurang lebih 20 gram gula. Padahal, World Health Organization (WHO) telah menekankan konsumsi gula pada orang dewasa sebaiknya tidak lebih dari 25 gram dalam sehari.

Lebih lanjut, Tan mengemukakan, mau dikonsumsi dalam bentuk apa pun, baik itu hanya dijadikan sebagai topping, pelengkap, atau campuran pada makanan maupun minuman, susu kental manis (SKM) tetap saja bisa membahayakan tubuh.

“Sejauh ini tidak tahu apa fungsi dari susu kental manis. Cuma buat ramai-ramai saja. Jadi ngeri apabila makanan ini dianggap lumrah walaupun tidak dipakai untuk diseduh dan dijadikan susu," jelas Tan.

Tan menyampaikan konsumsi susu kental manis dalam jangka panjang dan rutin bisa menyebabkan anak-anak berisiko mengalami obesitas dan diabetes.“Konsumsi gula secara berlebihan menyebabkan tubuh memerlukan lebih banyak insulin untuk menjaga kadar glukosa dalam darah tetap normal,” katanya.

Kondisi itu dapat menyebabkan mekanisme insulin menjadi terganggu dan sel akan menjadi resisten terhadap efek insulin. Seseorang yang mengalami resistensi insulin memiliki kadar insulin dalam darah yang lebih banyak. Kadar insulin yang meningkat dapat menyebabkan banyak glukosa dalam aliran darah yang disimpan dalam sel lemak sehingga tubuh menjadi cepat gemuk dan bisa menyebabkan kadar gula darah lebih tinggi yang meningkatkan risiko diabetes, terutama diabetes tipe 2.

Mengingat dampak dari diabetes, maka tak heran sejumlah negara di dunia menyatakan “perang” dengan diabetes. Singapura contohnya, sejak Oktober 2019 telah mengeluarkan larangan iklan minuman manis dalam kemasan dan mencantumkan label tidak sehat di kemasan. Begitu juga Spanyol juga melarang iklan minuman manis, es krim dan cokelat untuk memerangi obesitas dan diabetes pada anak sejak 2021.

Pemerintah Indonesia mungkin sudah saatnya bisa mengikuti jejak negara lain dalam memerangi diabetes pada anak.