Jakarta (ANTARA) - Pakar Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Griffith University Australia Dicky Budiman minta Indonesia tetap mengikuti anjuran dan aturan terbaru dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) terkait dengan kebijakan penggunaan masker.
“Mohon diingat, Indonesia adalah salah satu negara dengan excess death tinggi di dunia selama pandemi. Artinya infeksi yang tidak tercatat sangat banyak,” kata Dicky saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Dicky menuturkan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta bagi daerah dengan tingkat penularan yang luas, untuk memakai masker medis terutama bagi orang-orang yang bekerja di area klinis seperti fasilitas kesehatan.
Poin penting lainnya yang ditekankan adalah tetap memakai masker dalam situasi di mana jarak fisik tidak memungkinkan. Misalnya di ruang terbuka yang ramai, di dalam transportasi umum dan juga toko-toko.
Kemudian bagi daerah dengan penularan komunitas yang tinggi, WHO menyarankan bagi masyarakat berusia 60 tahun atau lebih ataupun yang memiliki kondisi lainnya menggunakan masker medis.
Dalam panduan terbaru WHO yang didasarkan oleh penelitian akademis, disarankan agar kelompok tersebut menggunakan masker yang setidaknya terdiri dari tiga lapis bahan yang berbeda.
Dicky mengaku setuju dengan WHO karena masker bukan sebuah pengganti jarak fisik, kebersihan tangan, dan tindakan kesehatan masyarakat lainnya.
Melainkan, masker hanya bermanfaat sebagai bagian dari pendekatan komprehensif manusia dalam memerangi penularan yang disebabkan oleh COVID-19.
Dicky mengimbau semua pihak untuk tetap memakai masker, walaupun pemerintah sudah tidak mengintervensi dan mengembalikan kebebasan pada masyarakat. Sebab, masih terdapat kelompok yang rentan dan tidak semua ruang publik di Indonesia dapat memenuhi syarat untuk dikatakan aman.
Dicky juga mengingatkan kepada Pemerintah Indonesia, untuk tidak mengulangi kesalahan yang terjadi pada Swedia. Negara tersebut kini memiliki tingkat kematian COVID-19 tertinggi di Uni Eropa, karena kebijakan penggunaan masker dan pembatasan sudah sama sekali ditinggalkan Kerajaan Swedia.
“Jadi apalagi bicara Indonesia, risiko penularannya masih tinggi. Kecuali jika sudah terbangun kesadaran penduduk (tentang protokol kesehatan),” ucapnya.
Diharapkan pemerintah terus memantau sebaik mungkin pengendalian pandemi COVID-19 di Indonesia, dan tetap mempercepat pemberian vaksinasi booster pada semua kalangan yang sudah diperbolehkan agar imunitas terus terjaga.
Kemudian pada masyarakat, diharapkan tidak abai terhadap protokol kesehatan walaupun saat ini pelonggaran mulai dikembalikan seperti sedia kala di segala aktivitas. Dianjurkan untuk tetap menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan agar tidak adalagi kelahiran varian baru yang ganas dan membahayakan masyarakat.
“Mengenakan masker adalah satu-satunya tindakan kesehatan masyarakat yang paling efektif untuk mengatasi COVID-19,” katanya yang juga epidemiolog itu.
Berita Terkait
Pimti Kemenkumham Sumsel ikuti pembukaan rakor akselerasi corporate university
Kamis, 7 November 2024 22:50 Wib
Dokter hewan: Segera kuliti kambing kurban bantu kurangi perengus
Senin, 10 Juni 2024 13:30 Wib
UIN Palembang pelopori MoU serentak PTKIN - Zarqa University
Rabu, 24 Januari 2024 0:23 Wib
Dewas-Direksi LKBN ANTARA hadir di sidang doktoral Nina Kurnia Dewi
Kamis, 21 Desember 2023 14:59 Wib
Timnas wushu Indonesia raih empat emas pada The FISU World University
Jumat, 4 Agustus 2023 11:54 Wib
Tiga lulusan SMAN I Muara Enim peroleh bea siswa ke Sichuan University
Minggu, 4 Juni 2023 7:40 Wib
Cerita korban gempa Turki asal Sulsel yangselamat
Rabu, 8 Februari 2023 15:15 Wib
Unja-Charles University jajaki kerja sama bidang akademik
Minggu, 22 Januari 2023 20:59 Wib