Jakarta (ANTARA) - Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) mengatakan diagnosis neuropati sedini mungkin dapat mencegah kerusakan saraf yang irreversible atau tidak dapat diubah.
“Serabut saraf bisa melakukan regenerasi jika didiagnosis lebih awal atau lebih dini," ujar Manfaluthy saat konferensi pers virtual pada Senin.
Manfaluthy mengatakan bila diagnosis dilakukan terlambat, ditakutkan akan ada satu titik kerusakan serabut saraf lebih dari 50 persen yang disebut sebagai "point of no return" atau tidak bisa kembali normal lagi.
"Maka pasien tersebut akan menjalankan sisa hidupnya dengan neuropati,” kata Manfaluthy.
Neuropati adalah sebutan untuk kerusakan pada sistem saraf tepi. Kerusakan bisa mengenai sistem saraf sensorik atau perasa, sistem saraf motorik, sistem saraf otonom, ataupun kombinasi dari ketiga sistem saraf tersebut.
Manfaluthy mengatakan banyak pasien neuropati baru akan datang dan terdata di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) pada tahapan atau stadium lebih lanjut.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di International Journal Endocrinology pada 2019, sebanyak 55 persen pasien neuropati datang ke faskes dalam keadaan yang berat. Hanya 19 persen sampai 26 persen yang memeriksakan diri dalam keadaan ringan sampai sedang.
“Tentunya ini akan menjadi masalah karena neuropati semakin berat semakin sulit untuk diatasi,” kata Manfaluthy.
Ia mengatakan neuropati pada tahap awal bisa diobati. Menurut data penelitian yang ia himpun, pemberian vitamin neurotropik pada pasien selama 12 minggu menunjukkan penurunan angka total symptom score (TSS) yang progresif dan signifikan.
“Neuropati itu bisa dicegah dan diobati bila masih stadium awal sampai sedang. Bagaimana dengan mencegahnya? Yaitu dengan istirahat yang cukup, gizi seimbang, dan olahraga secara teratur,” kata Manfaluthy.
Ia menekankan penting bagi masyarakat untuk mengenali gejala-gejala neuropati sehingga dapat melakukan pencegahan sejak dini mengingat gejala penyakit ini tidak hanya ditemukan pada kelompok lanjut usia melainkan juga kelompok usia muda.
Adapun sejumlah gejala neuropati antara lain kesemutan, kram, rasa terbakar, kaku-kaku, kulit kering atau mengkilap, dan mati rasa. Apabila gejala kesemutan mulai cenderung terjadi secara terus-menerus dan intensitasnya meningkat, Manfaluthy menganjurkan agar pasien segera datang memeriksakan diri ke dokter.
Kesemutan yang normal, kata Manfaluthy, biasanya terjadi saat bagian tubuh menekuk dan segera hilang jika beberapa waktu kemudian. Namun kesemutan pada neuropati tidak dipengaruhi posisi tubuh yang menekuk serta berlangsung secara lama dan berulang ulang.
Neuropati menimbulkan berbagai dampak pada penderita mulai dari luka atau mudah terluka, penurunan berat badan, penurunan kekuatan motorik, penurunan sensasi rasa sehingga mudah terluka, impotensi, serta depresi yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan produktivitas.
"Terdapat banyak penyebab timbulnya neuropati, seperti adanya kekurangan vitamin B serta penyakit diabetes dan penyakit-penyakit lain. Neuropati juga dapat terjadi akibat cedera dari aktivitas rutin sehari-hari," jelas Manfaluthy.
Lebih lanjut dia juga mengatakan bahwa semua orang berisiko terkena neuropati, namun terdapat pula orang-orang dengan risiko paling tinggi yaitu pada kelompok lanjut usia, penderita diabetes, riwayat neuropati di keluarga, hipertensi, perokok, pengonsumsi alkohol, penderita penyakit-penyakit pembuluh darah, penderita kanker, orang yang terpapar bahan kimia, orang yang terinfeksi penyakit tertentu, atau orang yang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang menyebabkan neuropati.
Berita Terkait
Gejala yang patut dicurigai sebagai lupus
Rabu, 11 Desember 2024 17:25 Wib
Kenali gejala dan penanganan diabetes melitus pada anak
Senin, 9 Desember 2024 16:57 Wib
Dokter jelaskan penyebab biduran dan cara mengatasi dengan tepat
Selasa, 19 November 2024 10:57 Wib
Perbedaan stroke dan bell's palsy menurut dokter
Selasa, 29 Oktober 2024 16:25 Wib
Kenali gejala stroke dan cara penanganannya
Senin, 28 Oktober 2024 15:28 Wib
Mengenal gejala kanker limfoma hodgkin dan faktor risiko
Kamis, 26 September 2024 14:48 Wib
Ikhtiar menanggulangi Mpox
Selasa, 27 Agustus 2024 10:46 Wib
Gejala cacar monyet dari demam hingga nyeri otot
Senin, 26 Agustus 2024 14:33 Wib