Palembang (ANTARA) - Masyarakat Profesional Sumatera Bagian Selatan (Maspro Sumbagsel) diyakini menjadi organisasi mendongkrak perekonomian di wilayah Sumbagsel yang meliputi lima provinsi di Sumatera.
“Secara historis, Sumbagsel ini merupakan wilayah dari Kerajaan Sriwijaya," ujar Gandhi dalam seminar hasil kajian Maspro Sumbagsel mengangkat tema "Membangun Aglomerasi Sumbagsel Untuk Nusantara-Indonesia" di Fairmont Hotel Senayan, Jakarta, Sabtu.
Hadir dalam acara ini, Menteri BUMN Erick Thohir dan salah satu tokoh Sumbagsel, yakni Fachmi Idris.
Organisasi ini terbentuk dari kedekatan dan kemiripan budaya. Adapun lima provinsi di Sumbagsel meliputi Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan (Sumsel), Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung.
Adapun panelis yang hadir: Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Wakil Gubernur Bangka Belitung Abdul Fatah, Sekretaris Daerah Bengkulu Hamka Sabri, Staf Ahli Gubernur Jambi Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Ariansyah, Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya, serta Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru yang hadir secara virtual.
Sedangkan dari lingkungan BUMN yang hadir di antaranya Direktur Utama PT Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Direktur Utama PT Bukit Asam Arsal Ismail, Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, dan Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi.
Gandhi mengakui, kemajuan pembangunan di Sumbagsel terbilang fantastis. Hanya saja, masih terdapat tantangan yang perlu dihadapi.
Bercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2021, IPM di Sumbagsel sementara ini mencapai 70,29 persen.
Angka ini sudah mendekati IPM nasional sebesar 71,94 persen. Namun masih lebih rendah dibandingkan IPM Sumatera bagian Utara (Sumbagut) sebesar 72,34 persen.
"Sehingga, kami berpikir bagaimana carangq agar capaian IPM di wilayah Sumbagsel harus ditingkatkan lagi,” kata Gandhi.
Berdasarkan informasi yang ia diterima, masyarakat Sumbagsel bersyukur dengan adanya pembangunan infrastruktur seperti jalan tol Lampung-Sumsel. Lalu pembangunan jalan tol yang menghubungkan Sumsel-Bengkulu dan Sumsel-Jambi.
Gandhi meyakini, jika pembangunan insfrastruktur rampung, dan seluruh tol sudah tersambung, aglomerasi ekonomi Sumbagsel akan terbentuk dengan sendirinya.
Terlebih, jika seluruh wilayah Sumbagsel telah tersambung, mobilitas masyarakat akan semakin efektif dan efisien.
Efek dominonya, semua potensi di Sumbagsel bakal tereksplorasi dengan baik seperti sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), dan potensi pariwisata.
"Jika Sumsel dan Bangka telah terhubung, juga sejumlah provinsi di wilayah Sumbagsel, maka kontribusi potensi kekayaan daerah semakin optimal kontribusinya bagi kemajuan wilayah ini," kata dia.
Namun, ia mengakui Maspro Sumbagsel membutuhkan dukungan komponen masyarakat, utamanya Maspro di daerah maupun nasional mengingat berbagai persoalan di Sumbagsel hanya bisa diselesaikan bersama.
"Maspro Sumbagsel sebagai wadah bagi para profesional yang lahir, berasal, dan atau pernah sekolah di Sumbagsel, terus berupaya untuk berkontribusi secara berkelanjutan bagi pembangunan Sumbagsel," kata Gandhi.
Saat ini, banyak profesional yang lahir, berasal, dan atau pernah bersekolah di Sumbagsel. Mereka tersebar dan berkarya di berbagai bidang pengabdian. Bahkan tidak sedikit yang telah mencapai puncak kariernya di tingkat nasional, di antaranya menjadi tokoh nasional.
"Wadah ini sifatnya sukarela dan terbuka untuk sharing dan berkolaborasi satu sama lain. Sekaligus memperkenalkan para tokoh tersebut di mata publik agar dapat menjadi inspirasi generasi muda Sumbagsel," ucap Gandhi.
Di tempat yang sama, Erick bercerita beberapa hari lalu didatangi Gandhi yang menjelaskan tentang Maspro Sumbagsel. "Ketika saya didatangi dulur kito, saya tanya tujuannya apa? Mereka bilang masyarakat profesional Sumbagsel harus dirajut, karena penting sekali ke depannya," ungkapnya.
Erick mengakui, terkadang pemimpin di tingkat nasional dan daerah sebenarnya memiliki visi yang baik, namun implementasinya berjalan sendiri-sendiri. Hasilnya, visi yang baik itu kurang optimal, karena tidak saling berkesinambungan satu dengan lainnya.
Oleh karena itu, Erick mengharapkan Maspro Sumbagsel juga menjadi wadah kritik dan saran. Hal ini juga dianggap cocok sebagai negara yang mengusung sistem demokrasi.
“Sebagai pemimpin, seyogyanya jangan sampai setelah diberi amanah justru menutup mata, telinga, dan hati, ketika banyak pihak yang ingin memberikan kritik dan saran," kata dia.