PT RHM kerahkan helikopter pantau Muara Medak pasca karhutla
Kami hari ini lakukan patroli menggunakan helikopter untuk memantau dari udara kondisi Muara Medak setelah terbakar
Palembang (ANTARA) - Perusahaan hutan tanam industri (HTI) PT Rimba Hutani Mas mengerahkan satu unit helikopter, Rabu, untuk memantau kawasan Desa Muara Medak, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan setelah mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 9-10 Agustus 2021.
Unit Pencegahan Karhutla PT Rimba Hutani Mas Alex Fatra yang dihubungi dari Palembang, Rabu, mengatakan, karhutla di Dusun 4, Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin itu mampu dikendalikan sekitar 15.30 WIB pada Selasa (10/8).
“Kami hari ini lakukan patroli menggunakan helikopter untuk memantau dari udara kondisi Muara Medak setelah terbakar,” kata Alex.
Selain itu, perusahaan pemasok APP Sinar Mas ini juga mengaktifkan pemantauan menggunakan kamera CCTV dan pesawat tanpa awak (drone), hingga pematauan langsung di menara api yang berada di titik-titik rawan karhutla.
Karhutla di Dusun 4 Muara Medak ini terjadi sejak Senin (9/8) sekitar pukul 17.30 WIB atas informasi Regu Pemadam Kebakaran PT RHM yang melakukan pemantauan menggunakan drone.
Lokasi karhutla itu berjarak sekitar 2 Kilometer dari konsesi milik PT RHM, yakni berupa lahan semi mineral gambut dengan vegetasi semak belukar.
Kemudian dilakukan upaya pemadaman pada malam harinya oleh Tim terpadu dipimpin oleh Camat Bayung Lencir, bersama BPBD Kab Muba, RPK PT RHM, Satpol-PP, KPH dan perangkat desa setempat.
Sekitar pukul 23.30 WIB, tim tiba di lokasi kejadian dan menemukan lahan kurang lebih 8 Hektare sedang terbakar.
Lantaran, kondisi gelap dan tidak ada alat yang memadai maka tim menghentikan upaya pemadaman karhutla untuk dilanjutkan pada keesokan harinya.
Pada Selasa pagi, sekitar pukul 06.00 WIB, tim gabungan melaksanakan koordinasi dan upaya untuk melakukan pemadaman.
Hingga siang hari sekitar pukul 11.00 WIB api semakin membesar sehingga tim kesulitan untuk melakukan upaya pemadaman dengan jet sutter dan mesin pompa.
Lalu dilakukan pemadaman menggunakan armada udara sekitar pukul 12.00 WIB menggunakan 2 unit helikopter BNPB untuk melakukan ‘waterbombing’.
Helikopter yang dikerahkan Heli Transna Sumsel RA 31110 Type Pesawat KA-32A11BC dengan operator PT. Transna Dirgantara Utama dan Heli Delta RA 22475 Type Pesawat MI-8 AMT dengan operator PT Pura Wisata Boruna (PT Delta Lintas Cakrawala).
Dua unit helikopter ini melakukan total pemboman air sebanyak 38 kali sehingga api dapat dikendalikan pada Selasa (10/8) sekitar pukul 15.30 WIB.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jhony Martohonan mengatakan saat ini tidak ditemukan lagi titik api. Selain itu, pada Selasa (10/8) juga sudah dilakukan upaya penyemprotan oleh personel satgas darat di areal yang terbakar untuk upaya pendinginan.
Sejauh ini diperkirakan lahan terbakar telah melebihi 10 Hektere.
“Kini yang kami lakukan yakni patroli rutin, serta menggencarkan sosialisasi bahaya karhutla ke warga sekitar,” kata Jhony.
Kawasan Muara Medak ini terbilang rawan karena berada di jalur perlintasan antarkabupaten dan antarprovinsi, yakni Sumsel dan Jambi.
Kawasan hutan ini juga sebagian sudah ditempati masyarakat, yang mana masih didapati membuka lahan dengan cara bakar.
Desa Muara Medak menjadi perhatian Satgas Karhutla karena pada 2019 terbakar hebat yang menghanguskan kurang lebih 3 ribu Ha lahan. Saat itu warga di beberapa desa sempat dievakuasi karena adanya kabut asap.
Unit Pencegahan Karhutla PT Rimba Hutani Mas Alex Fatra yang dihubungi dari Palembang, Rabu, mengatakan, karhutla di Dusun 4, Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin itu mampu dikendalikan sekitar 15.30 WIB pada Selasa (10/8).
“Kami hari ini lakukan patroli menggunakan helikopter untuk memantau dari udara kondisi Muara Medak setelah terbakar,” kata Alex.
Selain itu, perusahaan pemasok APP Sinar Mas ini juga mengaktifkan pemantauan menggunakan kamera CCTV dan pesawat tanpa awak (drone), hingga pematauan langsung di menara api yang berada di titik-titik rawan karhutla.
Karhutla di Dusun 4 Muara Medak ini terjadi sejak Senin (9/8) sekitar pukul 17.30 WIB atas informasi Regu Pemadam Kebakaran PT RHM yang melakukan pemantauan menggunakan drone.
Lokasi karhutla itu berjarak sekitar 2 Kilometer dari konsesi milik PT RHM, yakni berupa lahan semi mineral gambut dengan vegetasi semak belukar.
Kemudian dilakukan upaya pemadaman pada malam harinya oleh Tim terpadu dipimpin oleh Camat Bayung Lencir, bersama BPBD Kab Muba, RPK PT RHM, Satpol-PP, KPH dan perangkat desa setempat.
Sekitar pukul 23.30 WIB, tim tiba di lokasi kejadian dan menemukan lahan kurang lebih 8 Hektare sedang terbakar.
Lantaran, kondisi gelap dan tidak ada alat yang memadai maka tim menghentikan upaya pemadaman karhutla untuk dilanjutkan pada keesokan harinya.
Pada Selasa pagi, sekitar pukul 06.00 WIB, tim gabungan melaksanakan koordinasi dan upaya untuk melakukan pemadaman.
Hingga siang hari sekitar pukul 11.00 WIB api semakin membesar sehingga tim kesulitan untuk melakukan upaya pemadaman dengan jet sutter dan mesin pompa.
Lalu dilakukan pemadaman menggunakan armada udara sekitar pukul 12.00 WIB menggunakan 2 unit helikopter BNPB untuk melakukan ‘waterbombing’.
Helikopter yang dikerahkan Heli Transna Sumsel RA 31110 Type Pesawat KA-32A11BC dengan operator PT. Transna Dirgantara Utama dan Heli Delta RA 22475 Type Pesawat MI-8 AMT dengan operator PT Pura Wisata Boruna (PT Delta Lintas Cakrawala).
Dua unit helikopter ini melakukan total pemboman air sebanyak 38 kali sehingga api dapat dikendalikan pada Selasa (10/8) sekitar pukul 15.30 WIB.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jhony Martohonan mengatakan saat ini tidak ditemukan lagi titik api. Selain itu, pada Selasa (10/8) juga sudah dilakukan upaya penyemprotan oleh personel satgas darat di areal yang terbakar untuk upaya pendinginan.
Sejauh ini diperkirakan lahan terbakar telah melebihi 10 Hektere.
“Kini yang kami lakukan yakni patroli rutin, serta menggencarkan sosialisasi bahaya karhutla ke warga sekitar,” kata Jhony.
Kawasan Muara Medak ini terbilang rawan karena berada di jalur perlintasan antarkabupaten dan antarprovinsi, yakni Sumsel dan Jambi.
Kawasan hutan ini juga sebagian sudah ditempati masyarakat, yang mana masih didapati membuka lahan dengan cara bakar.
Desa Muara Medak menjadi perhatian Satgas Karhutla karena pada 2019 terbakar hebat yang menghanguskan kurang lebih 3 ribu Ha lahan. Saat itu warga di beberapa desa sempat dievakuasi karena adanya kabut asap.