Jakarta (ANTARA) - Pemantauan rutin dengan mengecek kadar tekanan darah rupanya bisa membantu anak muda yang berasal dari generasi milenial mencegah terjadinya penyakit hipertensi.
Hal itu mengingat di era modern, anak muda dari generasi milenial lebih rentan terkena hipertensi karena semakin berkembangnya gaya hidup yang tidak sehat.
“Kita harus menumbuhkan kesadaran diri untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin dan mencegah serta mengendalikan hipertensi dengan memodifikasi gaya hidup seperti rajin berolahraga juga membatasi asupan garam,” kata dokter Badai Bhatara spesialis jantung dan pembuluh darah dari Universitas Padjadjaran dalam keterangannya, Jumat.
Ia menyebutkan hipertensi atau umum dikenal sebagai penyakit darah tinggi memiliki risiko meningkatkan penyakit komplikasi seperti jantung koroner, stroke, dan gagal jantung.
Maka dari itu pemantauan tekanan darah dari muda perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penyakit darah tinggi.
Dukungan untuk generasi muda menjalankan pemantauan tekanan darah dengan rutin juga datang dari Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Esti Nurjadin yang menegaskan bahwa hipertensi tidak hanya menyerang kalangan berusia lanjut tapi juga generasi muda.
“Paling utama selain menghindari pola hidup tidak sehat adalah kita harus melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin sehingga bisa mencegah atau setidaknya mengendalikan hipertensi,” kata Esti.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikerjakan oleh Kementerian Kesehatan pada 2018 didapatkan kenaikan prevalensi atau jumlah kasus hipertensi mencapai 7,3 persen pada kelompok usia muda yang diukur mulai dari usia 18-39 tahun.
Sementara untuk jumlah prevalensi pre-hipertensi di kelompok tersebut tercatat memiliki nilai yang lebih tinggi lagi mencapai 23,4 persen.
YJI mengemukakan naiknya angka potensi generasi muda terkena hipertensi terjadi karena berkembangnya pola hidup yang tidak sehat, stres, hingga kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan sehari- hari.
Hipertensi perlu diawasi karena dapat memicu penyakit komplikasi lainnya seperti penyakit jantung koroner, stroke, hingga penyakit gagal ginjal.
Hipertensi menjadi salah satu komorbid yang paling banyak ditemukan di masa pandemi COVID-19, Satgas COVID-19 mencatat hingga awal Juni 2021 ada 50 persen pasien COVID-19 memiliki hipertensi, diikuti 36,6 persen memiliki komorbid diabetes melitus,dan 17,4 memiliki penyakit jantung.
Berita Terkait
Pendaftaran paten di Sumsel relatif masih sedikit
Jumat, 26 April 2024 18:51 Wib
Ernando Ari: Kami ingin menjadi juara Piala Asia U-23
Jumat, 26 April 2024 16:42 Wib
Shin Tae-yong tebar ancaman ke calon-calon lawan Indonesia
Jumat, 26 April 2024 16:41 Wib
Polda Sumsel tetapkan Aiptu FN jadi tersangka kasus "debt collector"
Jumat, 26 April 2024 16:06 Wib
Ilmuwan sebut rotasi Bumi melambat, hari jadi lebih panjang
Jumat, 26 April 2024 14:55 Wib
OKU dapat tambahan pupuk bersubsidi dari Dinas Pertanian Sumsel
Jumat, 26 April 2024 14:31 Wib
Kejari Lubuklinggau tetapkan tersangka korupsi makan siswa tahfidz
Jumat, 26 April 2024 14:07 Wib
PTBA berdayakan ibu rumah tangga lewat kerajinan songket
Jumat, 26 April 2024 13:57 Wib