Festival Indonesia di Australia memikat masyarakat lokal
Jakarta (ANTARA) - Festival Indonesia yang pertama kali diselenggarakan di kota Scotts Head, New South Wales, Australia pada Minggu (30/5) berhasil menarik perhatian masyarakat setempat.
Kota kecil yang terletak di pantai utara tengah Australia dengan penduduk ‘hanya’ sekitar 5.000 orang itu mendadak menjadi ramai ketika dihelat acara budaya bertajuk "ASYIK Indonesian Arts Festival", demikian menurut keterangan KBRI Canberra yang diterima di Jakarta, Senin.
Acara Festival Indonesia itu dibuka oleh Wakil Duta Besar RI untuk Australia Mohammad Syarif Alatas.
Pada sambutannya, Syarif menyampaikan harapan agar festival itu dapat menghadirkan Indonesia secara lebih dekat kepada masyarakat di Scotts Head dan mempromosikan kekayaan ragam budaya Indonesia.
Selanjutnya diharapkan festival ini dapat menjadi acara rutin tahunan untuk memperkuat people-to-people contacts antara Indonesia dan Australia.
Panggung utama Festival Indonesia yang digelar di Scotts Head Reserve Park bertempat di tepi pantai secara maraton dari pukul 10.00 pagi hingga 15.00 sore menampilkan berbagai pertunjukan yang didukung lebih dari 120 penampil yang terdiri dari pelajar dan relawan warga Australia.
Tampilan seni budaya tradisional, seperti tari Saman - Aceh, tari piring - Sumbar, Jaipong -Jabar, Wayang kulit - Jateng, tari Topeng - Bali, serta peragaan berbagai pakaian adat Indonesia menarik perhatian seluruh pengunjung.
Acara ditutup dengan tampilan band kolaborasi Indonesia-Australia yang menghibur para penonton dan membuat sebagian pengunjung secara spontan turut berjoget mengikuti alunan irama musik hingga akhir.
Selain itu, stan pameran dipenuhi dengan aneka ragam kuliner Indonesia yang sangat digemari, antara lain bakso, sate, kari ayam, soto, dan penganan ringan lainnya.
Stan pameran produk Indonesia yang sengaja didesain khusus oleh Atase Perdagangan dan Tim KBRI Canberra juga tidak kalah ramai pengunjung. Stan itu menampilkan produk ekspor Indonesia ke Australia, seperti teh botol, kopi kapal api, sepatu Prabu, produk mode, ekonomi kreatif, sambal, berbagai bumbu jadi Indonesia, dan produk kemasan lainnya.
Penyelenggaraan festival itu didukung oleh Scotts Head Public School di bawah pimpinan kepala sekolah tersebut Annette Balfour.
Sekolah tersebut sejak 12 tahun lalu telah mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, dan bahkan telah meningkatkan statusnya sebagai sekolah dengan dua bahasa (bilingual school), yaitu bahasa Inggris dan Indonesia.
Ajang budaya besar Indonesia di Australia itu juga didukung oleh beberapa sekolah lain, yakni Mackville High School, Stuart's Point PS, dan Eungai Pree School yang masing-masing mengajarkan Bahasa Indonesia.
Kesuksesan festival yang baru dihelat untuk kali pertama di Scotts Head itu tak lepas dari semangat gotong royong masyarakat, diaspora Indonesia yang menetap di berbagai kota di negara bagian New South Wales, Queensland dan ACT yang berjarak ratusan kilometer, serta pemerintah bahkan penduduk warga Australia setempat yang telah menganggap Indonesia sebagai saudara terdekat.
Kota kecil yang terletak di pantai utara tengah Australia dengan penduduk ‘hanya’ sekitar 5.000 orang itu mendadak menjadi ramai ketika dihelat acara budaya bertajuk "ASYIK Indonesian Arts Festival", demikian menurut keterangan KBRI Canberra yang diterima di Jakarta, Senin.
Acara Festival Indonesia itu dibuka oleh Wakil Duta Besar RI untuk Australia Mohammad Syarif Alatas.
Pada sambutannya, Syarif menyampaikan harapan agar festival itu dapat menghadirkan Indonesia secara lebih dekat kepada masyarakat di Scotts Head dan mempromosikan kekayaan ragam budaya Indonesia.
Selanjutnya diharapkan festival ini dapat menjadi acara rutin tahunan untuk memperkuat people-to-people contacts antara Indonesia dan Australia.
Panggung utama Festival Indonesia yang digelar di Scotts Head Reserve Park bertempat di tepi pantai secara maraton dari pukul 10.00 pagi hingga 15.00 sore menampilkan berbagai pertunjukan yang didukung lebih dari 120 penampil yang terdiri dari pelajar dan relawan warga Australia.
Tampilan seni budaya tradisional, seperti tari Saman - Aceh, tari piring - Sumbar, Jaipong -Jabar, Wayang kulit - Jateng, tari Topeng - Bali, serta peragaan berbagai pakaian adat Indonesia menarik perhatian seluruh pengunjung.
Acara ditutup dengan tampilan band kolaborasi Indonesia-Australia yang menghibur para penonton dan membuat sebagian pengunjung secara spontan turut berjoget mengikuti alunan irama musik hingga akhir.
Selain itu, stan pameran dipenuhi dengan aneka ragam kuliner Indonesia yang sangat digemari, antara lain bakso, sate, kari ayam, soto, dan penganan ringan lainnya.
Stan pameran produk Indonesia yang sengaja didesain khusus oleh Atase Perdagangan dan Tim KBRI Canberra juga tidak kalah ramai pengunjung. Stan itu menampilkan produk ekspor Indonesia ke Australia, seperti teh botol, kopi kapal api, sepatu Prabu, produk mode, ekonomi kreatif, sambal, berbagai bumbu jadi Indonesia, dan produk kemasan lainnya.
Penyelenggaraan festival itu didukung oleh Scotts Head Public School di bawah pimpinan kepala sekolah tersebut Annette Balfour.
Sekolah tersebut sejak 12 tahun lalu telah mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing, dan bahkan telah meningkatkan statusnya sebagai sekolah dengan dua bahasa (bilingual school), yaitu bahasa Inggris dan Indonesia.
Ajang budaya besar Indonesia di Australia itu juga didukung oleh beberapa sekolah lain, yakni Mackville High School, Stuart's Point PS, dan Eungai Pree School yang masing-masing mengajarkan Bahasa Indonesia.
Kesuksesan festival yang baru dihelat untuk kali pertama di Scotts Head itu tak lepas dari semangat gotong royong masyarakat, diaspora Indonesia yang menetap di berbagai kota di negara bagian New South Wales, Queensland dan ACT yang berjarak ratusan kilometer, serta pemerintah bahkan penduduk warga Australia setempat yang telah menganggap Indonesia sebagai saudara terdekat.