Palembang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik merilis daya beli masyarakat di Sumatera Selatan tetap terjaga selama pandemi COVID-19 yang teramati dari rendahnya laju inflasi pada Juni 2020.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, inflasi pada Juni 2020 hanya sebesar 0,20 persen. Laju tersebut jauh lebih rendah dibanding bulan yang sama pada 2019 yang sebesar 0,55 persen dan pada Juni 2018 yang sebesar 0,60 persen.
“Kalau dibandingkan bulan Juni selama 2 tahun terakhir, jauh lebih kecil. Betapa memang daya beli masyarakat agak terganggu terkait pandemi ini,” kata Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsih, Rabu.
Menurut Endang, biasanya angka inflasi yang besar terjadi saat menghadapi bulan puasa, Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Namun pandemi telah mengubah tren pembentukan harga di masyarakat.
“Kami bisa lihat pada momen Lebaran pada Mei 2020 inflasi tidak begitu besar, bahkan pada April, saat puasa, terjadi deflasi, sekarang Juni hanya 0,20 persen,” kata dia.
Endang menambahkan jika dilihat dari komoditas penyumbang inflasi, kenaikan harga daging ayam ras berpengaruh signifikan terhadap terbentuknya inflasi di dua kota yang mewakili Sumsel, yakni Palembang dan Lubuklinggau.
Menurutnya, kelompok makanan, minuman dan tembakau masih mengalami inflasi di Kota Palembang. Begitu pula 8 kelompok lainnya. Sementara deflasi terjadi untuk kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga.
Hal yang sama turut terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.
“Perawatan pribadi deflasi karena di dalamnya ada komoditas perhiasan emas, di mana kita tahu harganya fluktuatif dan cenderung turun, ini berpengaruh ke kelompok tersebut,” kata dia.