BMKG sebut kabut asap di Palembang Senin pagi paling ekstrim
Palembang (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan kabut asap pekat yang menyelimuti Kota Palembang pada Senin pagi, termasuk paling ekstrim selama musim kemarau 2019.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, Senin, kondisi ekstrim tersebut disebabkan banyaknya titik panas atau hot spot selama 24 jam terakhir di OKI sehingga intensitas asap kiriman meningkat signifikan.
"Asap kiriman datang dari Banyu Asin I, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pemulutan, Cengal, Pematang Panggang dan Mesuji," ujar Beny.
Berdasarkan rilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, data titik panas tercatat berjumlah 732 titik selama 24 jam terakhir di wilayah Sumsel, sebanyak 437 atau setengahnya berada di Kabupaten OKI.
Asap karhutla tersebut dibawa angin dari wilayah OKI ke Kota Palembang dengan kecepatan 9 - 37 kilometer/jam dan menjadi pekat di beberapa wilayah pada pagi hari karena faktor labilitas udara.
"Intensitas asap umumnya meningkat pada pukul 04.00-08.00 WIB dan 16.00-20.00 dikarenakan labilitas udara yang stabil atau tidak ada massa udara naik pada waktu-waktu tersebut," tambah Beny.
Kondisi kabut asap masih akan berlangsung seiring belum signifikannya intensitas hujan yang diharapkan mengurangi atau menghilangkan titik panas di wilayah Sumsel.
"Secara regional, melemahnya Badai Tropis Hagibis di Laut Cina Selatan dan masih adanya pusat tekanan rendah di wilayah tersebut mengakibatkan adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah dari wilayah Indonesia, akibatnya tetap potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tetap menurun tiga hari ke depan," jelasnya.
Namun kondisi angin timuran yang menuju pusat tekanan rendah di Samudera Hindia akan membawa uap air dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa, sehingga ada potensi hujan di wilayah Sumsel bagian Barat-Utara yakni Kabupaten Musi Rawas, Lahat, Muara Enim, dan Kota Lubuk Linggau pada 17-18 Oktober 2019.
Sementara akibat kabut asap pekat pada Senin pagi, kualitas udara yang diindikasikan PM10 berstatus berbahaya dan membuat siswa dipulangkan dari sekolah.
"Pukul 09.00 WIB angkanya 835 mikrogram/meter, lalu pukul 09.30 WIB turun jadi 797 mikrogram/meter, dua-duanya kategori berbahaya," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nuga Putrantijo.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, Senin, kondisi ekstrim tersebut disebabkan banyaknya titik panas atau hot spot selama 24 jam terakhir di OKI sehingga intensitas asap kiriman meningkat signifikan.
"Asap kiriman datang dari Banyu Asin I, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pemulutan, Cengal, Pematang Panggang dan Mesuji," ujar Beny.
Berdasarkan rilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, data titik panas tercatat berjumlah 732 titik selama 24 jam terakhir di wilayah Sumsel, sebanyak 437 atau setengahnya berada di Kabupaten OKI.
Asap karhutla tersebut dibawa angin dari wilayah OKI ke Kota Palembang dengan kecepatan 9 - 37 kilometer/jam dan menjadi pekat di beberapa wilayah pada pagi hari karena faktor labilitas udara.
"Intensitas asap umumnya meningkat pada pukul 04.00-08.00 WIB dan 16.00-20.00 dikarenakan labilitas udara yang stabil atau tidak ada massa udara naik pada waktu-waktu tersebut," tambah Beny.
Kondisi kabut asap masih akan berlangsung seiring belum signifikannya intensitas hujan yang diharapkan mengurangi atau menghilangkan titik panas di wilayah Sumsel.
"Secara regional, melemahnya Badai Tropis Hagibis di Laut Cina Selatan dan masih adanya pusat tekanan rendah di wilayah tersebut mengakibatkan adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah dari wilayah Indonesia, akibatnya tetap potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel tetap menurun tiga hari ke depan," jelasnya.
Namun kondisi angin timuran yang menuju pusat tekanan rendah di Samudera Hindia akan membawa uap air dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa, sehingga ada potensi hujan di wilayah Sumsel bagian Barat-Utara yakni Kabupaten Musi Rawas, Lahat, Muara Enim, dan Kota Lubuk Linggau pada 17-18 Oktober 2019.
Sementara akibat kabut asap pekat pada Senin pagi, kualitas udara yang diindikasikan PM10 berstatus berbahaya dan membuat siswa dipulangkan dari sekolah.
"Pukul 09.00 WIB angkanya 835 mikrogram/meter, lalu pukul 09.30 WIB turun jadi 797 mikrogram/meter, dua-duanya kategori berbahaya," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kenten Palembang Nuga Putrantijo.