Kemendes PDTT tinjau sekolah beruk di desa wisata Pariaman Sumbar

id sekolah beruk,desa apar pariaman,desa wisata sumbar

Kemendes PDTT tinjau sekolah beruk di desa wisata Pariaman Sumbar

Seorang pawang melatih seekor beruk (Macaca nemestrina), di Sekolah Beruk, Desa Apar, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Selasa (10/9/2019). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww.

Pariaman (ANTARA) - Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) meninjau sekolah tinggi ilmu beruk (STIB) Mandiri, lembaga  yang melatih satwa jenis kera besar untuk membantu manusia dalam berkebun, di desa wisata Apar, Kota Pariaman, Sumatera Barat.

"STIB ini termasuk unik karena tidak ada di daerah lain," kata Kasubdit Sarana dan Prasarana Transportasi Desa Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kemendes PDTT Gusti saat memverifikasi desa wisata Apar Pariaman, Rabu.

Desa Apar masuk dalam nominasi 25 desa wisata nusantara, dan ditambah keunikan tersebut, maka desa tersebut dinilainya, harus dikembangkan untuk diperkenalkan  ke kancah nasional dan internasional.

Menurutnya dengan pengelolaan yang baik maka objek wisata yang dikembangkan oleh desa tersebut dapat menjadi sumber pendapatan warga dan pemerintah desa.

Ia menyebutkan penilaian desa wisata nusantara terbaik mulai dari potensinya,  jumlah pengunjung hingga pendapatan untuk desa.




"Yang terpenting itu pendapatan untuk desa karena tujuannya wisata kan untuk menghidupkan badan usaha milik desa dan meningkatkan pendapatan desa sekaligus warganya," kata dia.

Sementara itu, Kepala Desa Apar, Hendric mengatakan awal mula berdirinya sekolah beruk tersebut karena warga di daerah itu banyak menjadi juru beruk atau tukang mengarahkan beruk.

"Potensi ini yang kami manfaatkan untuk objek wisata karena hal ini menarik," ujarnya.

Ia menyampaikan STIB tersebut memiliki sejumlah kurikulum terkait satwa primata tersebut. Misalnya pengenalan beruk terhadap kelapa, pelatihan beruk memutar-mutar kelapa yang kedua sisinya bolong sebagai lubang masuknya kayu, selanjutnya  memutar kelapa yang digantung, hingga beruk menjatuhkan kelapa dan memilih kelapa muda dan tua.

"Kalau sudah berhasil melewati itu maka beruk sudah bisa diserahkan ke pemiliknya untuk membantu panen di kebun," katanya.

Selain meninjau STIB,  rombongan kementerian juga meninjau objek wisata mangrove dan konservasi penyu yang juga terletak di desa itu.