Berbak-Sembilang Sumsel berpotensi jadi kawasan ekowisata
....Kawasan ini sudah dikenal karena selalu dikunjungi burung migran dari Siberia pada bulan Oktober. Panggilan dari ribuan burung yang terbang dalam formasi bahkan dapat didengar di atas ombak....
Palembang (ANTARA News Sumsel) - Area Taman Nasional Berbak-Sembilang, Sumatera Selatan, berpotensi menjadi kawasan ekowisata unggulan di Tanah Air seperti layaknya tempat wisata Cibodas di Jawa Barat dan destinasi lainnya.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno di Palembang, Selasa, mengatakan, dengan dijadikan kawasan ekowisata maka bukan hanya lingkungan yang terselamatkan tapi juga masyarakat sekitar diharapkan menjadi sejahtera.
Wiratno berbicara dalam Press Conference kegiatan Sumsel menjadi tuan rumah sidang ke-30 "The Man and Biosphere International Co-ordinating Council_ (MAB-ICC) UNESCO" di Palembang, Sumatera Selatan pada 23-28 Juli 2018. Konferensi Pers itu juga dihadiri Gubernur Sumsel Alex Noerdin dan perwakilan dari UNESCO.
"Banyak kawasan ekowisata yang sudah sukses di Indonesia seperti Cibodas yang sudah ada sejak tahun 1990. Di sana, eksplorasi alam dilakukan dengan cerdas, tidak merusak karena menjadi tempat wisata. Sama halnya dengan Desa Kali Biru Yogyakarta yang saat ini sedang booming, dari selfie saja bisa masuk Rp6 miliar per tahun," kata dia.
Untuk itu, dengan dimasukkannya kawasan Berbak-Sembilang dalam proposal cagar biosfer dunia yang baru ke UNESCO, pemerintah berharap dapat mempercepat keinginan menjadikan kawasan ini sebagai ekowisata.
Langkah awal yang harus dilakukan yakni mengandeng berbagai pihak terkait terurama untuk melibatkan masyarakat sekitar cagar biosfer. Seperti diketahui bahwa cagar biosfer umumnya berdekatan dengan desa-desa sekitar.
Selain itu perlu adanya persiapan matang seperti terkait infrastruktur untuk menarik minat wisatawan.
"Bagaimana wisatawan ke sana, naik apa, jalannya bagaimana. Lalu sedapat mungkin menginap sehingga masyarakat bisa mendapatkan nilai lebih. Ini yang harus dipikirkan," kata dia.
Kawasan Berbak Sembilan merupakan Taman Nasional seluas 205.750 hektare di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel.
Kawasan ini sudah dikenal karena selalu dikunjungi burung migran dari Siberia pada bulan Oktober. Panggilan dari ribuan burung yang terbang dalam formasi bahkan dapat didengar di atas ombak gemuruh Selat Bangka. Moment langkah ini kerap diabadikan para fotografer dalam dan luar negeri.
Selain potensi itu, kawasan Berbak Sembilan juga merupakan hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar yang dapat menjadi potensi wisata susur sungai.
Namun patut menjadi perhatian, kawasan TN Berbak-Sembilang juga rawan pengalifungsian lahan akibat tingginya kebutuhan manusia, dan bencana kebakaran hutan dan lahan.
Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Subiyanto mengatakan masyarakat sekitar hutan harus memiliki kehidupan yang layak sehingga tidak menjadikan hutan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya.
"Masyarakat sekitar hutan harus terjamin sisi suplainya. Karena ini yang menjadi hasil riset kami. Dengan dibangunnya ekowisata maka manusia di sekitar hutan secara tidak langsung diajak menjaga alam," kata dia.
Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno di Palembang, Selasa, mengatakan, dengan dijadikan kawasan ekowisata maka bukan hanya lingkungan yang terselamatkan tapi juga masyarakat sekitar diharapkan menjadi sejahtera.
Wiratno berbicara dalam Press Conference kegiatan Sumsel menjadi tuan rumah sidang ke-30 "The Man and Biosphere International Co-ordinating Council_ (MAB-ICC) UNESCO" di Palembang, Sumatera Selatan pada 23-28 Juli 2018. Konferensi Pers itu juga dihadiri Gubernur Sumsel Alex Noerdin dan perwakilan dari UNESCO.
"Banyak kawasan ekowisata yang sudah sukses di Indonesia seperti Cibodas yang sudah ada sejak tahun 1990. Di sana, eksplorasi alam dilakukan dengan cerdas, tidak merusak karena menjadi tempat wisata. Sama halnya dengan Desa Kali Biru Yogyakarta yang saat ini sedang booming, dari selfie saja bisa masuk Rp6 miliar per tahun," kata dia.
Untuk itu, dengan dimasukkannya kawasan Berbak-Sembilang dalam proposal cagar biosfer dunia yang baru ke UNESCO, pemerintah berharap dapat mempercepat keinginan menjadikan kawasan ini sebagai ekowisata.
Langkah awal yang harus dilakukan yakni mengandeng berbagai pihak terkait terurama untuk melibatkan masyarakat sekitar cagar biosfer. Seperti diketahui bahwa cagar biosfer umumnya berdekatan dengan desa-desa sekitar.
Selain itu perlu adanya persiapan matang seperti terkait infrastruktur untuk menarik minat wisatawan.
"Bagaimana wisatawan ke sana, naik apa, jalannya bagaimana. Lalu sedapat mungkin menginap sehingga masyarakat bisa mendapatkan nilai lebih. Ini yang harus dipikirkan," kata dia.
Kawasan Berbak Sembilan merupakan Taman Nasional seluas 205.750 hektare di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel.
Kawasan ini sudah dikenal karena selalu dikunjungi burung migran dari Siberia pada bulan Oktober. Panggilan dari ribuan burung yang terbang dalam formasi bahkan dapat didengar di atas ombak gemuruh Selat Bangka. Moment langkah ini kerap diabadikan para fotografer dalam dan luar negeri.
Selain potensi itu, kawasan Berbak Sembilan juga merupakan hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar yang dapat menjadi potensi wisata susur sungai.
Namun patut menjadi perhatian, kawasan TN Berbak-Sembilang juga rawan pengalifungsian lahan akibat tingginya kebutuhan manusia, dan bencana kebakaran hutan dan lahan.
Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Subiyanto mengatakan masyarakat sekitar hutan harus memiliki kehidupan yang layak sehingga tidak menjadikan hutan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhannya.
"Masyarakat sekitar hutan harus terjamin sisi suplainya. Karena ini yang menjadi hasil riset kami. Dengan dibangunnya ekowisata maka manusia di sekitar hutan secara tidak langsung diajak menjaga alam," kata dia.