Komoditas karet dan kopi pacu industri Sumsel

id Kemenperin, kopi, karet, BIPA Quri Siti Mirah, karet otomotif, aspal berkaret, karet, bahan bangunan, produk sesuai SNI

Komoditas karet dan kopi pacu industri Sumsel

Dokumentasi- Pekerja mengolah biji kopi (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Jakarta (ANTARA Sumsel) - Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang (BIPA) sebagai salah satu Unit Pelayanan Teknis di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, fokus pada pengembangan bidang teknologi proses produksi karet dan kopi olahan.

Pasalnya, wilayah Sumatera Selatan merupakan potensi penghasil terbesar bagi dua komoditas tersebut, karet dan kopi, kata Kepala BIPA Quri Siti Mirah sesuai keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Miggu.

"Sudah banyak hasil penelitian BIPA yang telah ditekata Kepala BIPA Quri Siti Mirah sesuai keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Miggu.rapkan oleh industri," tambah kepala BIPA itu.

Quri menyebutkan, beberapa hasil riset dari BIPA, di antaranya karet otomotif, aspal berkaret, karet untuk bahan bangunan, karet untuk alat kesehatan, dan ban vulkanisir.
     
Prototipe produk-produk tersebut mempunyai kualitas produk sesuai SNI dengan biaya produksi yang bersaing.,

"Selain itu, BIPA juga turut berupaya menaikkan citra kopi Sumatera Selatan melalui program hilirisasi. Apalagi, sebagai produsen kopi terbanyak di Indonesia," ungkap dia.
     
Kegiatan lain yang dilakukan BIPA adalah sosialisasi SNI kopi.

Menurut Quri, dengan kian meningkatnya peran standardisasi dalam industri, semakin tinggi pula permintaan layanan jasa sertifikasi dan pengujian.

Untuk menjawab tingginya permintaan tersebut, BIPA mengadakan business gathering beberapa waktu lalu dalam rangka mempromosikan jasa layanan teknis BIPA, tutur dia.

Sejak 37 tahun berdiri, layanan yang tersedia di BIPA antara lain jasa sertifikasi produk, sertifikasi sistem manajemen mutu, jasa pengujian dan pengawasan (laboratorium aneka komoditi, pencemaran, mikorbiologi, dan kalibrasi), jasa rancang bangun atau perekayasaan mesin dan peralatan industri, serta jasa pelatihan.

"Lembaga sertifikasi dan Laboratorium BIPA semua telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)," ucap Quri.

Bahkan, BIPA juga sudah melakukan kontrak kerja sama dengan beberapa perusahaan, lembaga litbang lain, perguruan tinggi, maupun pemerintah daerah lain.

Langkah sinergi ini pun dalam rangka penumbuhan dan pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) berbasis karet alam dan kopi maupun pelaksanaan kegiatan litbang di bidang teknologi proses produksi.

"Misalnya kerja sama dengan perusahaan alat-alat kesehatan, solid tire, crumb rubber, Universitas Sriwijaya, Politeknik Jambi, Dinas Perindustrian Perdagangan beberapa Kabupaten, Dinas Perkebunan beberapa Kabupaten, Perguruan Tinggi Swasta yang lain dan juga Lembaga Litbang Daerah maupun kementerian lainnya," papar dia.

Sebelumnya, Kepala BPPI Ngakan Timur Antara menyampaikan, pemerintah terus berupaya mendorong kesiapan dalam penerapan teknologi di sektor industri.

"Diperlukan upaya pelengkap untuk memastikan bahwa lebih banyak orang dan perusahaan memiliki sarana dalam mengakses dan menggunakan teknologi baru," ujar dia.

Berdasarkan The Global Competitiveness Report 2017-2018 yang dirilis World Economic Forum (WEF), tingkat inovasi di Indonesia berada pada tangga ke-31.
     
Namun, meski indeks inovasi mampu menempati posisi cukup baik, kesiapterapan teknologi masih berada di angka ke-80 dari 137 negara yang dinilai.

Ngakan menyebutkan, faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat kesiapterapan teknologi, antara lain ketersediaan teknologi terbaru, penyerapan teknologi di perusahaan, dan transfer teknologi dari investasi langsung pemodal asing.

Adapun langkah strategis yang telah dilakukan Kemenperin guna menunjang kesiapterapan teknologi di dalam negeri, di antaranya adalah mendorong pengembangan teknologi informasi komunikasi dengan menjadikan industri elektronika dan telematika sebagai sektor andalan nasional.