Pesta migas dan rayuan Indonesia timur

id migas,migas indonesia,pertamina hulu rokan,perusahaan migas,ipa 2025,skk migas,swasembada energi

Pesta migas dan rayuan Indonesia timur

Salah satu sumur di Limau Field, Kabupaten Muaraenim, Sumsel. (ANTARA/HO-PHR 4)

Jakarta (ANTARA) - Selama tiga hari, konvensi dan pameran tahunan industri hulu migas terbesar se-Asia Tenggara dipadati oleh berbagai kalangan masyarakat; baik dari kelompok investor dengan jas necisnya, hingga mahasiswa-mahasiswi jurusan pertambangan dengan jas almamaternya.

Mereka memiliki tujuan yang sama, mengenal lebih jauh industri hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia.

Animo berbagai kalangan masyarakat yang tertarik dengan industri hulu migas RI sukses memahat senyuman di wajah Kepala SKK Migas Djoko Siswanto.

“Semua happy, presiden happy. Alhamdulillah, kami mendapat skor tertinggi juga di istana tentang kegiatan ini,” demikian Djoksis, sapaan akrab Djoko Siswanto, menyampaikan kesannya sembari diiringi senandung merdu penyanyi ibu kota Yura Yunita pada penutupan Konvensi dan Pameran Tahunan ke-49 Indonesian Petroleum Association (IPA) 2025.

Gelaran tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi Djoksis, sebab tidak hanya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang menyampaikan apresiasinya, Presiden Prabowo Subianto pun turut mengapresiasi.

Apresiasi dari Presiden tak hanya tersalurkan lewat kata-kata atau siaran pers, Prabowo bahkan secara langsung membuka gelaran tersebut dan menyempatkan diri untuk mengunjungi pameran tempat 213 perusahaan ternama menunjukkan capaian dan kebolehan mereka di industri hulu migas.

Bagi Presiden Indonesia Petroleum Association (IPA) Carole J Gall, kehadiran Prabowo menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mewujudkan swasembada energi nasional. Terlebih, ketika Prabowo meminta kepada jajarannya untuk menyederhanakan regulasi yang selama ini menjadi sandungan bagi para pengusaha di industri hulu migas Indonesia.

Sebuah langkah yang diyakini kian menarik minat pemain besar di industri hulu migas untuk melirik Indonesia.

Baca juga: Pertamina Hulu Rokan jadi produsen migas terbesar di Indonesia

Perusahaan migas raksasa melirik Indonesia

Djoksis menyampaikan terdapat 25 perusahaan minyak dan gas bumi, termasuk Shell, Chevron, hingga TotalEnergies, yang tertarik untuk mengeksplorasi potensi industri hulu migas Indonesia.

Shell, Chevron, maupun TotalEnergies merupakan pemain migas yang sempat bercokol di Indonesia, yang kini blok garapannya diambil alih oleh PT Pertamina (Persero).

Sebelum meninggalkan industri hulu migas Indonesia, Shell pernah terlibat dalam blok-blok migas raksasa Indonesia, seperti Blok Masela. Blok Masela merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang bernilai 19,8 miliar dolar AS (sekitar Rp285 triliun) dan ditargetkan mulai berproduksi pada 2027.

Blok Masela berpotensi memproduksi gas 1.600 juta standar kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun, gas pipa 150 MMSCFD, dan 35 ribu barel minyak per hari.

Pada 2023, PT Pertamina (Persero) mengambil alih participating interest atau hak partisipasi Shell Upstream Overseas Services Ltd sebesar 35 persen di Blok Masela, Maluku.

Kemudian, Chevron, melalui anak perusahaannya, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), juga pernah mengelola blok di Indonesia, yakni Blok Rokan di Riau. Ketika dikelola oleh Chevron, Blok Rokan menghasilkan sekitar 130 ribu barel minyak per hari.

Pada Agustus 2021, Chevron berhenti menjadi operator Blok Rokan, dan pengelolaan blok tersebut diberikan kepada PT Pertamina (Persero).

Sebagaimana dua perusahaan sebelumnya, TotalEnergies pun sempat mengelola blok migas raksasa Indonesia. Melalui anak perusahaannya, yakni Total E&P Indonesie, TotalEnergies menggarap Blok Mahakam, Kalimantan Timur.

Selama masa operasinya di Blok Mahakam tersebut, Total E&P Indonesie yang separuh sahamnya juga dimiliki Inpex (Jepang) sudah mengeluarkan 19,7 triliun kaki kubik gas dan 1,1 triliun barel minyak dari perut Indonesia, dimulai dari Lapangan Bekapai yang awal berproduksi tahun 1974.

Lalu, bernasib yang tak jauh berbeda dari Shell dan Chevron, pada 2018, blok tersebut dialihkan ke PT Pertamina Hulu Mahakam.

Pengalaman panjang ketiga perusahaan tersebut di Indonesia, berikut dengan portofolionya, menyebabkan kabar tentang mereka menjadi hal yang dinanti-nanti para pemain di industri hulu migas.

Djoksis mengaku kabar ihwal minat Shell, Chevron, dan TotalEnergies kembali ke Indonesia baru sampai kepada dirinya pada 2025. Bahkan, Shell dan TotalEnergies tercatat menghadiri forum investasi pada gelaran IPA 2025.

Baca juga: Pertamina Hulu Rokan komitmen jalankan TJSL di seluruh area operasi

Minat pemain besar di industri hulu migas untuk kembali berinvestasi di Indonesia mengindikasikan tingginya potensi yang dimiliki tanah air. Menurut Djoksis, inilah angin segar yang dibutuhkan oleh Indonesia—yang saat ini tertatih-tatih—untuk mewujudkan cita-cita 1 juta barel per hari pada 2030.

SKK Migas maupun Kementerian ESDM belum mengungkapkan blok mana yang menarik perhatian ketiga perusahaan kelas kakap tersebut. Meskipun demikian, Djoksis mengungkapkan niat untuk menawarkan pesona Indonesia timur beserta kekayaan migas yang terkandung di wilayah itu.


Potensi eksplorasi Indonesia timur

Indonesia timur adalah kawasan yang menarik. Begitu cantik bentang alamnya, namun belum banyak yang berhasil menaklukkannya.

Berbeda dengan Indonesia barat yang telah padat oleh temuan (discovery), Indonesia timur masih memiliki potensi-potensi yang bahkan belum terjamah (untapped potentials).

Alasan-alasan itulah, yang diyakini oleh Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Migas Nanang Abdul Manaf, menjadi rayuan bagi para pemain raksasa di industri hulu migas untuk kembali ke Indonesia.

Sebagai perusahaan-perusahaan besar, ketiga perusahaan tersebut pasti beradu portofolio dalam menggarap lapangan migas.

Oleh karena itu, semakin besar temuannya, semakin besar risikonya, dan semakin besar keuntungannya, maka akan semakin menarik minat mereka.

Selaras dengan Nanang, Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Tutuka Ariadji pun menilai Indonesia timur merupakan target eksplorasi migas yang tepat.

Secara geologi, Indonesia timur lebih tua apabila dibandingkan dengan Indonesia barat. Meski hal tersebut mengakibatkan Indonesia timur memiliki kompleksitas geologi yang berbeda dengan Indonesia barat, sosok yang sempat menjadi Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM itu meyakini akan ditemukan sumber-sumber migas raksasa (giant discovery) yang siap mendongkrak lifting nasional.

Dengan teknologi yang semakin detail dan akurat, bukan tidak mungkin temuan-temuan raksasa akan menghiasi portofolio perusahaan.

Pesta migas yang menjelma dalam wujud pertemuan dan pameran menghadirkan optimisme di tengah target-target ambisius swasembada energi Indonesia.

Eksistensinya seolah-olah menjadi negasi dari pesimisme masyarakat ihwal industri migas yang mulai terbenam; sunset for the oil and gas industry.

Kini, rayuan datang dari ufuk timur, bersama-sama dengan terbitnya matahari.

Baca juga: Presiden Prabowo sebut impor BBM 40 miliar USD bisa digunakan pendidikan, kesehatan