Sunarso menyebutkan, capaian PPOP tersebut sesungguhnya merupakan pertumbuhan yang real. Hal ini menunjukkan bahwa BRI tetap bertumbuh secara organik di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
BRI juga tetap menjaga prinsip kehati-hatian, ditunjukkan dari non-performing loan (NPL) coverage ratio yang mencapai 215,05 persen per Desember 2024.
Dengan cadangan sebesar itu, apabila terjadi peningkatan jumlah pinjaman bermasalah, Sunarso mengatakan bahwa perusahaan masih memiliki cukup dana untuk mengantisipasi potensi kerugian termasuk melalui penghapusbukuan (write-off) kredit macet.
“BRI memandang bahwa ke depan masih ada ketidakpastian, maka kita sudah cadangkan. Artinya apa? menyediakan ketenangan, menyediakan cadangan bantalan. Kalau terjadi apa-apa, kita aman karena cadangannya kita sediakan,” kata dia.
Di sisi lain, catat perseroan, strategi manajemen risiko yang solid diimbangi dengan komitmen BRI dalam memberikan keuntungan optimal bagi pemegang saham.
Pada pembagian dividen interim tahun buku 2024, BRI membagikan total dividen Rp20,34 triliun. Adapun sebesar Rp10,88 triliun di antaranya disetorkan kepada negara sebagai pemegang saham mayoritas.
Menurut perseroan, kontribusi ini juga turut mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui peningkatan penerimaan negara untuk berbagai program strategis negara.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRI fokus kelola risiko jangka panjang di tengah dinamika pasar