Ratih, yang menjabat sebagai Direktur Personal Growth, mengemukakan bahwa memenuhi hasrat untuk membeli barang mewah bisa jadi merupakan manifestasi dari penolakan terhadap realitas kehidupan.
"Bukan hanya in denial (dalam penolakan), dia dalam in denial-nya itu dia membangun illusion of control (ilusi kendali), bahwa 'saya punya kendali loh terhadap hidup saya," katanya.
"Tapi itu ilusi. Artinya, realitanya sebetulnya enggak, tapi dia lagi bohongin dirinya aja. Ini bagian dari in denial," ia menjelaskan.
Ratih mengatakan, kondisi yang demikian lama-lama dikhawatirkan dapat menimbulkan masalah kesehatan mental.
"Karena ini pelarian, in denial terhadap kondisi realitanya, berpengaruh pada kesehatan mentalnya," katanya.
"Karena, begitu kamu lari, ketika kamu harus berhadapan sama realita, itu realitanya memukul dirimu sangat buruk. Susah," katanya.
Oleh karena itu, penting untuk segera menyadari kebiasaan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan serta berusaha untuk menghentikannya.
Guna menahan hasrat membeli barang untuk pelarian serta menghindari perilaku konsumtif yang dapat menjerumuskan diri ke jebakan utang, Ratih mengatakan, sebaiknya menetapkan kebijakan anggaran belanja ketat dan menghindari melihat-lihat aplikasi belanja.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Psikolog kemukakan faktor-faktor pemicu fenomena Efek Lipstik