Martapura (ANTARA) - Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan menerapkan teknik pertanian Sistem Budi Daya Salin Ibu (Salibu) untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi di wilayah itu.
Ketua Perhiptani OKU Timur, Andri Irawan di Martapura, Jumat mengatakan bahwa teknik Salibu dilakukan menggunakan batang padi atau ubinan yang sudah dipanen untuk dimanfaatkan kembali.
"Dalam teknik ini batang padi akan dipotong sekitar lima centimeter dari tanah menggunakan arit agar batangnya tidak rusak. Setelah itu baru dialiri air setinggi 2-3 cm," katanya.
Setelah tanaman berusia 5-7 hari baru dilakukan pemupukan agar tanaman tumbuh subur.
Dia menjelaskan, keuntungan menggunakan teknik Salibu ini petani tidak mesti repot-repot lagi untuk membeli bibit dan menyemainya.
Petani juga dapat menghemat tenaga dan biaya karena tidak dilakukan pengolahan tanah dan penanaman ulang serta menekan kebiasaan petani membakar jerami sisa panen.
"Melalui teknik ini kami optimistis dapat memaksimalkan hasil panen dibandingkan menggunakan metode biasa di mana per hektarnya hanya menghasilkan 8 ton gabah kering dalam satu kali panen," tegasnya.
Sementara, Wakil Bupati OKU Timur Adi Nugraha Purna Yudha sangat mengapresiasi dengan teknik Salibu yang diterapkan oleh Perhiptani tersebut.
"Lahan yang sedang diuji coba seluas 10 hektare oleh petani ini diharapkan berkembang sehingga dapat menjadi percontohan bagi petani lainnya di OKU Timur. Pemkab OKU Timur juga memastikan menyediakan pupuk untuk petani bercocok tanam," ujarnya.
Berita Terkait
Presiden tinjau lahan percontohan lumbung pangan di Merauke
Minggu, 3 November 2024 17:40 Wib
Fenomena langka, Gunung Fuji masih tak bersalju hingga awal November
Minggu, 3 November 2024 15:19 Wib
Limbah nanas jadi pakan ternak
Sabtu, 2 November 2024 21:00 Wib
Inang tumbang, 10 knop bunga Rafflesia di Agam gagal mekar
Sabtu, 2 November 2024 18:14 Wib
BPPIKHL sebut anas ekstrem pemicu karhutla di Sumsel
Sabtu, 2 November 2024 1:02 Wib
Ini penjelasan ilmiah fenomena Halo saat pentahbisan Uskup Labuan Bajo
Jumat, 1 November 2024 21:19 Wib