Palembang (ANTARA) - Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Musi melakukan pendampingan program pelestarian mangrove di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan yang dilakukan oleh organisasi nirlaba berbasis ilmiah Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN)
"Kami mendampingi pelestarian mangrove di OKI melalui pemasangan papan imbauan dan larangan, merupakan salah satu upaya agar masyarakat untuk lebih peduli dan tanggap terhadap lingkungan, khususnya ekosistem mangrove. Kemudian, rehabilitasi mangrove seluas 50 hektare," kata Kepala Seksi Penguatan Kelembagaan BPDAS Musi Muhamad Ikhsan di OKI, Sabtu.
Ia menyebutkan Provinsi Sumatera Selatan memiliki mangrove seluas 171.629 ha, diperkirakan sekitar 30 persen dari luas mangrove di Sumatera Selatan berada di luar jangkauan kelola pemerintah daerah. Kondisi ini dipicu dengan lemahnya penegakan regulasi, jauhnya rentang kelola dan aksesibilitas yang cukup sulit, sehingga mangrove menjadi sangat rentan rusak.
Wilayah Pesisir OKI merupakan salah satu kawasan remote area di Sumatera Selatan, dimana ketersediaan listrik dan air bersih masih belum menjangkau tempat ini. Untuk mencapai wilayah ini dapat ditempuh dengan dua moda transportasi, yaitu jalur darat sejauh sekitar 100 kilometer dan susur sungai sejauh 100 km dengan total waktu tempuh kurang lebih 7-8 jam.
Jauhnya rentang kelola di wilayah pesisir ini mengakibatkan tutupan lahan pada kawasan mangrove di pesisir Ogan Komering Ilir (OKI) mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Kegiatan perlindungan dan rehabilitasi mangrove merupakan pekerjaan yang cukup menantang. Terdapat berbagai aspek dalam tahapan pelaksanaannya, mulai dari pendanaan, perencanaan, implementasi, hingga monitoring dan evaluasi.
Keseluruhan aspek tersebut bisa saja dikerjakan oleh satu pihak saja, namun tentu akan membutuhkan waktu yang lebih panjang dan hasil yang kurang optimal.
Melalui kolaborasi antarpihak, upaya pelestarian ekosistem mangrove dapat dilaksanakan secara terpadu dan dapat mencapai hasil yang optimal dengan dampak yang lebih nyata tentunya.
Hal inilah yang sedang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Musi, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPTD KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) Wilayah IV Sungai Lumpur – Riding, YKAN (Yayasan Konservasi Alam Nusantara), beserta pemerintah dan masyarakat di Desa Sungai Lumpur, Desa Simpang Tiga Abadi, dan Desa Simpang Tiga Jaya.
Kolaborasi ini diwujudkan melalui Program MERA (Mangrove Ecosystem Restoration Alliance) yang diinisasi oleh YKAN dan didukung oleh APP, Temasek Foundation dan UBS Optimus Foundation.
BPDAS Musi memberikan apresiasi yang cukup tinggi kepada YKAN yang secara nyata ikut serta dalam upaya pelestarian mangrove di wilayah pesisir Sumatera Selatan.
"Kegiatan monitoring dan evaluasi implementasi restorasi mangrove yang dilakukan oleh YKAN di Desa Simpang Tiga Abadi, Simpang Tiga Jaya, dan Sungai Lumpur merupakan bentuk nyata kerja sama multipihak, yaitu YKAN, BPDAS Musi, Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, dan UPTD KPH Wilayah IV Sungai Lumpur-Riding,” ujarnya.
Berita Terkait
Film horor "Malam Keramat" tayang di bioskop 12 September
Sabtu, 7 September 2024 20:57 Wib
Polisi Palembang sebutkan tersangka pembunuhan siswi SMP bebas narkoba
Sabtu, 7 September 2024 18:03 Wib
Aktivis Turki-AS ditembak mati tentara Israel di Tepi Barat utara
Sabtu, 7 September 2024 10:27 Wib
Walhi Sumsel dorong ilegal drilling di Muba ditangani pemerintah pusat
Sabtu, 7 September 2024 8:59 Wib
20 cabang olahraga Sumsel sudah berada di arena PON 2024
Sabtu, 7 September 2024 8:53 Wib
Polresta serahkan tiga bocah tersangka pelaku pembunuhan siswi ke panti rehabilitasi
Sabtu, 7 September 2024 6:24 Wib
BPBD perbaiki saluran mata air Dempo Tengah Pagaralam
Jumat, 6 September 2024 23:00 Wib
BPBD: Karhutla di Sungai Rotan Muara Enim capai 53 hektare
Jumat, 6 September 2024 21:36 Wib