"Padahal kalau kita cocokkan gejala ke engine search atau search engine, belum tentu bisa tepat diagnosisnya. Jadi, please, datang ke psikiater atau ke psikolog untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Hari ini udah nggak ada lah kita berpikir tentang stigma, ya," dia menambahkan.
Santi mengatakan, alasan lain orang melakukan swadiagnosis adalah takut dengan biaya konsultasi. Dia mengatakan, banyak orang yang berkomentar bahwa tidak perlu ke psikiater, karena mahal dan hanya menghabiskan uang saja.
"Jadi ke psikiater itu bisa pakai BPJS. Gunakan BPJS-nya untuk bisa akses psikiater. Tidak hanya konsultasinya saja yang gratis, obatnya juga gratis. Misalnya perlu tindakan juga gratis," psikiater itu menjelaskan.
Dia menjelaskan, para dokter tersebut memiliki bertahun-tahun pengalaman, misalnya 10 tahun, di mana mereka menemui berbagai macam kasus. Kasus-kasus itulah, ujarnya, yang digunakan sebagai referensi mereka untuk membantu para pasiennya.
"Siapa tahu referensi yang disampaikan ini bisa membantu berdasarkan hal-hal yang sudah ditemui selama 10 tahun berpraktek. Jadi tolong cari bantuan, karena kalau sudah self-harm (menyakiti diri sendiri), itu sudah masuk ke dalam kategori emergency," katanya.
Dia menilai, penyakit mental merupakan sebuah penyakit fisik juga, karena gangguan tersebut terjadi dalam otak. Oleh karena itu, katanya, tidak perlu merasa malu kalau ada gangguan seperti itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Psikiater sarankan tidak melakukan swadiagnosis penyakit mental