"Itu yang paling sederhana sih. Kadang sebutan mama, papa di Indonesia kan beragam ya. Ada yang sulit, ada yang kurang sulit, ada yang cukup sulit ya. Yang paling mudah itu 'mama', 'papa'. Jadi kalau 'i', ibu, abi, itu susah juga sih," ujarnya.
Pemakaian panggilan semacam itu, ujarnya, termasuk dalam stimulasi berupa komunikasi dua arah. Dia juga menyarankan orang tua dan wali untuk tidak memberikan gadget atau gawai hingga anak tersebut berusia dua tahun.
"Stimulasi yang benar itu dua arah," dia menambahkan.
Yang kedua, kata Rini, adalah skrining atau deteksi dini. Menurut dia, orang tua perlu memperhatikan tumbuh kembang anaknya, serta kesesuaian antara kemampuan bicaranya dan umurnya. Dia mengatakan, hal tersebut perlu dilakukan terutama hingga dua tahun sejak kelahiran.
"Ketiga, kalau ada masalah segera konsultasikan. Jangan, 'oh nggak apa-apa nanti juga bisa'. Tidak ada lagi sebenarnya paradigma seperti itu. Paling telat usia dua tahun," katanya.
Dia menjelaskan, untuk menilai perkembangan secara keseluruhan, dilakukan pada interval tertentu, seperti pada saat berumur sembilan bulan, 18 bulan, dan 24 bulan. Orang tua, ujarnya, bisa berkonsultasi tentang hal itu kepada dokter dan tenaga kesehatan.
"Jadi bisa, deteksi dini. Kalau ada masalah, bisa diajarkan untuk memberikan stimulasi yang benar," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli: Stimulasi dari orang tua penting guna atasi "speech delay"