Wina menuturkan gaya hidup yang dimaksud adalah jarang berolahraga, menjalani posisi-posisi statis seperti duduk di depan komputer atau menonton televisi sembari mengkonsumsi camilan, makanan tinggi kalori, tinggi gula, dan terjadi peningkatan berat badan secara drastis dapat menimbulkan risiko jangka panjang.
"Bisa menimbulkan obesitas, kemudian bisa menimbulkan penyakit diabetes, dan juga hipertensi," ujarnya.
Wina menyebut peningkatan secara drastis harus diwaspadai meskipun belum ada keluhan, belum ada gejala. Untuk itu, dia menyarankan masyarakat selalu menimbang berat badan dan cek gizi untuk menghindari risiko-risiko tersebut minimal satu bulan sekali.
Khusus untuk orang-orang yang dalam pengobatan tertentu dapat dipantau bahkan seminggu sekali atau dua minggu sekali.
"Karena perubahan berat badan tersebut akan berperan cukup besar terhadap keadaan penyakit dalam terapi ataupun dalam pemantauan perkembangan," ucapnya.
Untuk menjaga perubahan berat badan dengan sehat masyarakat dapat rutin melakukan olahraga fisik, seperti latihan kekuatan otot seperti push up, angkat beban, dan pull up, tidak melewatkan sarapan pagi, mengonsumsi makanan yang tinggi kalori, serat, dan protein hingga memperbanyak minum air putih dan menghindari tekanan stres.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perubahan berat badan drastis bisa jadi penanda gangguan kesehatan