"Perlemakan hati merupakan fase awal sirosis dan kanker hati yang diakibatkan oleh lemak yang menumpuk di lever," katanya dalam acara gelar wicara terkait perlemakan hati yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Perlemakan hati dapat sebabkan sirosis dan kanker hati
Jakarta (ANTARA) - Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI R.A. Adaninggar Primadia Nariswari mengimbau masyarakat agar mewaspadai perlemakan hati, karena dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati (lever).
"Perlemakan hati merupakan fase awal sirosis dan kanker hati yang diakibatkan oleh lemak yang menumpuk di lever," katanya dalam acara gelar wicara terkait perlemakan hati yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
"Perlemakan hati merupakan fase awal sirosis dan kanker hati yang diakibatkan oleh lemak yang menumpuk di lever," katanya dalam acara gelar wicara terkait perlemakan hati yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Ningz, sapaan akrabnya, mengatakan hati berfungsi sebagai salah satu organ tubuh yang dapat menyimpan cadangan lemak. Jika lemak tersebut menumpuk, akan menciptakan peradangan pada hati.
Dia menyebutkan peradangan tersebut dapat menyebabkan hati menjadi terluka, yang dalam jumlah banyak akan menyebabkan jaringan pada hati mengerut dan mengecil.
"Itu yang dinamakan sirosis hati. Kalau dibiarkan, sel luka ini bisa memicu mutasi DNA sel menjadi kanker," ujarnya.
Ningz mengatakan sirosis dan kanker hati dapat menyebabkan kualitas hidup seseorang menurun, lantaran hati merupakan organ penting dalam tubuh.
Dia menjelaskan hati berfungsi sebagai organ detoksifikasi dari zat yang tidak baik, yang bersumber dari makanan, obat, dan lain sebagainya. Jika seseorang mengalami sirosis atau kanker hati, fungsi hati untuk mendetoksifikasi menjadi tidak optimal.
"Salah satunya adalah tidak bisa menjaga protein albumin, sehingga orang mudah bengkak akibat efek obat," tuturnya.
Umumnya, kata Ningz, perlemakan hati dialami oleh peminum alkohol, namun seiring berkembangnya zaman, orang dengan obesitas juga memiliki risiko mengalami perlemakan hati.
Perlemakan hati, sambungnya, pada awalnya tidak bergejala. Oleh karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap perlemakan hati dengan mengonsumsi makanan bergizi dan berolahraga secara rutin.
Selain itu, Ningz juga mengimbau kepada masyarakat yang memiliki faktor risiko perlemakan hati untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, terutama dengan alat ultrasonografi (USG) untuk mengetahui tanda perlemakan hati dalam tubuh.