Perjalanan itu dimulai dari jalur darat yakni Garut menuju Bandung dengan menggunakan mobil umum, sesampai di Bandung telah menunggu angkutan travel yang menjemput mereka untuk menyeberang ke Pulau Sumatera untuk menuju Pelabuhan Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan. Sesampainya di Tanjung Api-Api, mereka melanjutkan penyeberangan laut ke Pulau Bangka tepatnya di Pelabuhan Tanjung Kalian.
Sesampai di Pelabuhan Tanjung Kalian, mereka harus melanjutkan perjalanan darat sekitar 3 jam menggunakan bus menuju kota Pangkalpinang. Setelah tiba di Kota Beribu Senyum, ia dan rombongan diturunkan di daerah Kampung Keramat, daerah yang merupakan pusat penjual bendera musiman di Kota Pangkalpinang.
Berhenti di Kampung Keramat, mereka menunggu paket 2-3 hari hingga datang. Adapun tempat jualan mereka akan dipisah-pisah.
Setelah 3 minggu lebih berjualan, omzet penjualan mereka masih cukup rendah dibandingkan tahun sebelumnya karena saat ini lebih sepi pembeli.
Keluh kesah itu tak hanya dirasakan dirinya, bahkan teman-teman penjual bendera musiman yang ada di sekitar ruas jalan itu juga merasakan hal yang sama, yakni sepi pembeli.
Sepi pembeli menyebabkan barang-barang pada menumpuk, bahkan kadang dalam sehari tidak terjual sama sekali, namun pernah ketika banyak pembeli bisa meraih penjualan sampai Rp1 juta.
Biasanya pada tanggal-tanggal ini sudah melakukan setoran sebanyak 2 atau 3 kali, namun untuk tahun ini baru 1 kali setoran.
"Baru terjual sedikit untuk ganti ongkos saja sudah allhamdulillah, belum balik modal," katanya.
Menurut dia, turunnya minat pembeli pada tahun ini di antaranya karena masyarakat yang memasang pernak-pernik bendera berkurang, beberapa rumah atau perkantoran menggunakan bendera yang sudah digunakan pada tahun sebelumnya.
Beberapa hari menjelang HUT Ke-78 Kemerdekaan RI ini, minat pembeli bisa semakin meningkat sehingga omzet yang dia dapatkan juga kian meningkat.
Setelah berjualan bendera ini, dirinya dan teman-teman penjual akan melanjutkan pekerjaan sehari-hari, di antaranya sebagai tukang bangunan dan beberapa ada yang akan melanjutkan bekerja di tempat produksi bendera itu.
Pada akhirnya bendera Merah Putih tak hanya sekadar identitas negara yang demi mengibarkannya menghabiskan waktu yang panjang dan mempertaruhkan nyawa. Bahkan setelah ia mampu berkibar dengan gagah di langit Indonesia, nilainya masih bisa bermanfaat bagi masyarakatnya seperti halnya yang dirasakan penjual bendera musiman dari Garut.
Makna sehelai kain dua warna perlambang berani dan suci itu seolah tak lekang oleh waktu, bahkan selalu memberi rezeki bagi banyak orang. Hingga hari ini dan esok.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kisah penjaja bendera asal Garut seberangi laut hingga Pangkalpinang
Berita Terkait
Harga pangan, bawang merah naik Rp1.120 jadi Rp39.720 per kg
Kamis, 21 November 2024 10:39 Wib
SMBR salurkan bantuan sosial rayakan HUT Emas ke-50
Jumat, 15 November 2024 14:03 Wib
Harga pangan Senin pagi, bawang merah naik menjadi Rp36.410 per kg
Senin, 11 November 2024 10:55 Wib
Harga pangan Sabtu pagi, bawang merah jadi Rp35.790 per kg
Sabtu, 9 November 2024 10:16 Wib
Presiden beri instruksi dan pedoman kepada Wapres dan kabinet
Jumat, 8 November 2024 11:18 Wib
Harga pangan di Rabu pagi, bawang merah naik menjadi Rp35.290 per kg
Rabu, 6 November 2024 9:59 Wib
Harga pangan 3 November, bawang merah naik jadi Rp33.870 per kg
Minggu, 3 November 2024 8:42 Wib
KAI Tanjungkarang minta pencari kerja cek informasi lowongan kerja resmi
Sabtu, 2 November 2024 17:39 Wib