Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis dan forensik A. Kasandravati Putranto mengajak masyarakat untuk bisa memahami makna istilah self healing atau penyembuhan diri yang kerap banyak diterjemahkan masyarakat sebagai kegiatan rekreasi dan liburan.
“Tidak sedikit dari masyarakat yang beranggapan bahwa self healing berarti bepergian ke tempat-tempat mahal atau sekedar jalan-jalan yang menguras keuangan. Padahal, tidak semua orang dapat disembuhkan dengan cara tersebut,” kata perempuan yang juga Humas Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia itu pernyataannya kepada ANTARA, Selasa.
Baca juga: Andrew White "self healing" lewat kegiatan di luar ruangan
Ia mengatakan istilah self healing yang populer di kalangan muda saat ini sering diikuti dengan pemenuhan kebutuhan merawat diri, namun bisa juga mengandung risiko semakin stres dan merasakan beban yang bertambah.
Menurutnya, fenomena penggunaan istilah healing yang semakin marak tersebut bisa jadi karena masyarakat lebih sadar mengenai isu kesehatan mental, namun sebagian lain juga mengandung resiko bahaya mendiagnosis diri sendiri atau self diagnose.
Baca juga: Psikolog: "Healing" tidak selalu dengan liburan
“Masyarakat menjadi mudah terbawa penegakan diagnosa sendiri, dengan menilai diri sendiri mengalami gangguan psikologis, mulai dari burn out, fatigue, trauma, depresi, dan lain-lain sehingga memerlukan penanganan psikologis khususnya 'healing' yang banyak diterjemahkan dengan kegiatan rekreasi dan liburan,” ujar Kasandra.
Pada dasarnya, kata Kasandra, self healing merupakan sebuah proses penyembuhan yang dilakukan secara mandiri dari luka batin, trauma, atau mental yang sudah terlalu lelah.
Baca juga: Hindari stres saat menstruasi dengan "self healing"
“Secara psikologis, mereka yang memerlukan self healing adalah mereka yang baru mengalami kejadian atau kondisi yang menantang secara emosional atau mungkin mengalami masalah kesehatan, baik fisik maupun mental,” katanya.
Namun, lanjut Kasandra, self-healing atau penyembuhan diri juga merupakan metode yang dapat dilakukan dalam kondisi baik itu sakit maupun ketika sehat.
Ia mengatakan bahwa pada dasarnya semua individu memiliki tantangan yang harus dihadapi. Sebagian mungkin memiliki tantangan emosional, yang lain memiliki tantangan fisik, serta beberapa dari orang-orang memiliki keduanya.
“Untungnya, manusia sebenarnya memiliki banyak kekuatan untuk membuat perubahan positif pada kesejahteraan diri. Seseorang dapat mengubah cara berpikir dan cara melakukan sesuatu agar tercipta sebuah upaya ‘menyembuhkan diri’ dan pulih dari kesulitan yang dialami,” kata Kasandra.
Mengutip Tchiki Davis dari Berkeley Well-Being Institute, Kasandra menyebutkan sejumlah cara self healing yang dapat dilakukan antara lain memiliki rasa belas kasih terhadap diri sendiri (tahu batasan diri), mempunyai waktu tidur cukup, melatih pernapasan, meditasi, mendengarkan musik yang menenangkan, membuat jurnal harian, melatih afirmasi diri, memakan makanan sehat dan menjauhi makanan tidak sehat, meminum teh herbal, serta berolahraga dengan cukup
Berita Terkait
Prediksi tren "healing" tahun 2023, nonton konser salah satunya
Kamis, 5 Januari 2023 8:41 Wib
Polwan Polda Sumsel dibekali kemampuan PFA membantu korban bencana
Jumat, 25 November 2022 16:54 Wib
Andrew White "self healing" lewat kegiatan di luar ruangan
Jumat, 26 Agustus 2022 14:56 Wib
Psikolog: "Healing" tidak selalu dengan liburan
Kamis, 14 April 2022 9:20 Wib
Hindari stres saat menstruasi dengan "self healing"
Selasa, 12 April 2022 13:15 Wib
Lampung kembangkan wisata "Forest Healing"
Minggu, 31 Oktober 2021 22:09 Wib
ACT Sumsel terus salurkan bantuan ke korban kebakaran lahat
Rabu, 14 Oktober 2020 13:17 Wib
"Power of powerless" jadi terapi bantu sembuhkan pasien COVID-19
Senin, 20 April 2020 9:59 Wib