Toprak Razgatlioglu, juara WSBK yang belum terpincut paddock 'sebelah'
Jakarta (ANTARA) - Toprak Razgatlioglu menutup musim kejuaraan dunia World Superbike di Sirkuit Pertamina Mandalika sebagai juara dunia baru pada akhir pekan lalu.
Pebalap tim Pata Yamaha with Brixx WorldSBK itu tiba di Mandalika mengantongi keunggulan 30 poin atas Rea dan mampu mengunci gelar juara dunia perdananya setelah finis runner-up di Race 1 untuk menghentikan dominasi enam musim terakhir Jonathan Rea dari tim Kawasaki Racing.
Merayakan kemenangannya dengan baju balap dan helm berlivery warna emas, Toprak juga mencetak sejarah sebagai pebalap Turki pertama yang menjadi juara dunia WSBK.
"Pertama kali saya mengendarai Superbike, saya memiliki hanya satu mimpi yaitu menjadi juara dunia," kata Toprak di Mandalika.
Jauh sebelum menjadi sosok pebalap juara seperti sekarang ini, pria kelahiran Alanya, Turki, 16 Oktober 1996 itu pertama kali mengenal sepeda motor dari sang ayah, Arif Razgatlioglu, seorang pebalap akrobatik.
Pada usia lima tahun, Toprak sudah mulai membalap di gravel di atas motor motocross 50cc.
Setelah memenangi empat kejuaraan nasional motorcross, Toprak menjajal trek aspal dan kariernya berlanjut ke road race, berlaga di balapan 600cc untuk pertama kalinya pada usia 13 tahun.
Di saat Toprak menimba ilmu dan pengalaman, Turki telah melahirkan pahlawan baru, yaitu Kenan Sofuoglu yang merebut gelar juara dunia pertamanya pada 2007, diikuti dengan empat titel berikutnya pada 2010, 2012, 2015 dan 2016 dari kelas World Supersport.
Keahlian Toprak semakin terasah setelah membalap di kelas IDM Yamaha R6 Cup pada 2011 dan 2012 sebelum mengamankan satu tempat ke Red Bull Rookies Cup. Menjalani musim yang sangat kompetitif selama dua musim, ia meraih kemenangan pertamanya di Sirkuit Sachsenring, Jerman.
Selain mahir di atas motor, Toprak juga memiliki bakat akrobatik yang ia sering pelajari di pesisir kampung halamannya ketika tumbuh seperti berdiri dengan handstand dan berjalan di atas kedua tangan.
Di trek, Toprak juga seorang 'showman', tak jarang menghibur para fannya dengan stoppies khasnya dan dengan gaya membalap yang karismatik.
Pada akhir 2014, Toprak, yang dianggap terlalu jangkung untuk mesin KTM Moto3, mendapat kesempatan turun di kejuaraan European Superstock 600 di Magny-Cours setelah Sofuoglu membawanya ke sirkuit Prancis tersebut. Toprak tampil memukau dan menunjukkan potensinya dan meraih kemenangan di balapan debutnya.
Penampilan tunggal itu membuka jalan bagi Toprak ke pentas dunia dan memenangi gelar Superstock 600 di tahun berikutnya dengan mudah. Ia naik kelas ke European Superstock 1000 satu tahun berselang untuk beradaptasi dengan mesin yang lebih besar, dan lagi-lagi Magny-Cours menjadi sempat yang spesial bagi Toprak setelah ia mendapatkan podium perdananya dan sirkuit tersebut.
Menjadi penantang utama di STK1000 pada tahun keduanya, Toprak kehilangan titel setelah terpaut delapan poin dari rival utamanya.
Ketika dipanggil ke WSBK sebagai rookie pada 2018, Toprak menjalani musim debutnya membela tim Pucceti Kawasaki tanpa tekanan. Namun ia mengawali musim dengan solid dengan mengamankan poin di sepuluh balapan pertamanya, termasuk peringkat sepuluh besar di Race 2 seri pembuka di Phillip Island.
Ia mengakhiri debutnya dengan dua finis podium dan menjadi rookie terbaik musim itu.
Bertahan di Pucetti Kawasaki untuk tahun keduanya, Toprak naik podium setidaknya sekali di setiap seri dari seri 5-12 termasuk dua kemenangan sensasional di Magny-Cours dari posisi start ke-16, sebelum merebut titel tim independen di akhir musim.
Sang pebalap Turki kemudian dipinang oleh Yamaha. Toprak memenangi balapan pertamanya untuk tim Pata Yamaha di Phillip Island dan merebut sembilan podium. Namun ia baru naik ke mimbar teratas setelah menang di Estoril pada akhir musim, babak di mana ia mengklaim pole WSBK pertamanya, juga yang pertama bagi seorang pebalap Turki.
Musim 2021 terbukti menjadi momen terbaik di karier Toprak, bertahan bersama tim Pata Yamaha with Brixx WorldSBK, ia mengklaim gelar juara dunia setelah menjalani pertarungan ketat dengan Rea dan Scott Redding hingga membuat penentuan titel dibawa ke seri terakhir di Indonesia.
Sang rival Rea menyampaikan respek kepada Toprak atas kemenangannya dan mengaku telah belajar banyak hal musim ini.
"Saya sangat senang bisa pulang setelah akhir pekan yang bagus di sirkuit baru, tapi tentunya, pemenang tahun ini adalah Toprak, dia dan timnya telah melakukan tugas yang luar biasa," kata Rea.
"Saya tidak ikut senang untuk dia, tapi saya sangat respek dengan tugas yang dia lakukan, yang timnya lalukan, dan dia benar-benar telah membuat saya lebih baik.
"Dia memiliki level sangat tinggi, tapi saya membenahi diri. Mereka memberi kami, Kawasaki, referensi untuk membuat motor lebih baik, yang sangat memotivasi kami untuk menuju jeda musim."
Menyandang status juara dunia baru WSBK, pembawaan Toprak tetap tenang dan sang pebalap teringat dengan pesan sang ayah.
"Ayah saya selalu bekerja keras untuk saya. Dia selalu mengatakan: Toprak, suatu hari kamu akan jadi juara dunia."
"Tapi dia tidak mungkin melihat itu sekarang. Dia telah meninggal empat tahun lalu," kata Toprak.
Sang ayah adalah sosok yang paling berpengaruh dalam hidup Toprak, namun ia meninggal dalam kecelakaan bermotor pada 17 November 2017, empat bulan sebelum Toprak pindah ke WSBK.
Jelang balapan seri terakhir Toprak menulis di media sosial, "Saya akan melakukan yang terbaik untukmu akhir pekan ini ayah. T.T.A" T.T.A merupakan kependekan dari Tek Taker Arif, julukan sang ayah yang berarti Wheelie Arif.
Akhir pekan itu, Toprak juga turut membantu Yamaha menyapu bersih tiga titel musim ini yaitu pebalap, tim dan konstruktor.
Tahun depan, Toprak akan menegaskan statusnya sebagai juara dunia dengan menyematkan angka 1 di nomor Yamaha YZR R1 miliknya yang selama ini berhiaskan angka 54.
Menjadi pebalap binaan Red Bull, minuman berenergi asal Austria, Toprak sepertinya masih betah di paddock WSBK dan dalam waktu dekat ini belum akan pindah ke kejuaraan lain, meskipun banyak yang mengelu-elukan sang pebalap untuk hijrah ke MotoGP.
Setelah balapan di Mandalika, Toprak memberi sinyal jelas.
"Saya suka paddock ini dan kami merasakan kebersamaan di sini. Kita akan lihat mungkin dua tahun lagi," kata Toprak.
"Saya tidak suka paddock satunya karena terlalu besar, setelah saya dua tahun di Rookies Cup saya melihat terlalu banyak orang di sana. Saya mungkin tidak suka, tapi kita lihat nanti. Tapi saat ini saya sangat senang di sini."
Pebalap tim Pata Yamaha with Brixx WorldSBK itu tiba di Mandalika mengantongi keunggulan 30 poin atas Rea dan mampu mengunci gelar juara dunia perdananya setelah finis runner-up di Race 1 untuk menghentikan dominasi enam musim terakhir Jonathan Rea dari tim Kawasaki Racing.
Merayakan kemenangannya dengan baju balap dan helm berlivery warna emas, Toprak juga mencetak sejarah sebagai pebalap Turki pertama yang menjadi juara dunia WSBK.
"Pertama kali saya mengendarai Superbike, saya memiliki hanya satu mimpi yaitu menjadi juara dunia," kata Toprak di Mandalika.
Jauh sebelum menjadi sosok pebalap juara seperti sekarang ini, pria kelahiran Alanya, Turki, 16 Oktober 1996 itu pertama kali mengenal sepeda motor dari sang ayah, Arif Razgatlioglu, seorang pebalap akrobatik.
Pada usia lima tahun, Toprak sudah mulai membalap di gravel di atas motor motocross 50cc.
Setelah memenangi empat kejuaraan nasional motorcross, Toprak menjajal trek aspal dan kariernya berlanjut ke road race, berlaga di balapan 600cc untuk pertama kalinya pada usia 13 tahun.
Di saat Toprak menimba ilmu dan pengalaman, Turki telah melahirkan pahlawan baru, yaitu Kenan Sofuoglu yang merebut gelar juara dunia pertamanya pada 2007, diikuti dengan empat titel berikutnya pada 2010, 2012, 2015 dan 2016 dari kelas World Supersport.
Keahlian Toprak semakin terasah setelah membalap di kelas IDM Yamaha R6 Cup pada 2011 dan 2012 sebelum mengamankan satu tempat ke Red Bull Rookies Cup. Menjalani musim yang sangat kompetitif selama dua musim, ia meraih kemenangan pertamanya di Sirkuit Sachsenring, Jerman.
Selain mahir di atas motor, Toprak juga memiliki bakat akrobatik yang ia sering pelajari di pesisir kampung halamannya ketika tumbuh seperti berdiri dengan handstand dan berjalan di atas kedua tangan.
Di trek, Toprak juga seorang 'showman', tak jarang menghibur para fannya dengan stoppies khasnya dan dengan gaya membalap yang karismatik.
Pada akhir 2014, Toprak, yang dianggap terlalu jangkung untuk mesin KTM Moto3, mendapat kesempatan turun di kejuaraan European Superstock 600 di Magny-Cours setelah Sofuoglu membawanya ke sirkuit Prancis tersebut. Toprak tampil memukau dan menunjukkan potensinya dan meraih kemenangan di balapan debutnya.
Penampilan tunggal itu membuka jalan bagi Toprak ke pentas dunia dan memenangi gelar Superstock 600 di tahun berikutnya dengan mudah. Ia naik kelas ke European Superstock 1000 satu tahun berselang untuk beradaptasi dengan mesin yang lebih besar, dan lagi-lagi Magny-Cours menjadi sempat yang spesial bagi Toprak setelah ia mendapatkan podium perdananya dan sirkuit tersebut.
Menjadi penantang utama di STK1000 pada tahun keduanya, Toprak kehilangan titel setelah terpaut delapan poin dari rival utamanya.
Ketika dipanggil ke WSBK sebagai rookie pada 2018, Toprak menjalani musim debutnya membela tim Pucceti Kawasaki tanpa tekanan. Namun ia mengawali musim dengan solid dengan mengamankan poin di sepuluh balapan pertamanya, termasuk peringkat sepuluh besar di Race 2 seri pembuka di Phillip Island.
Ia mengakhiri debutnya dengan dua finis podium dan menjadi rookie terbaik musim itu.
Bertahan di Pucetti Kawasaki untuk tahun keduanya, Toprak naik podium setidaknya sekali di setiap seri dari seri 5-12 termasuk dua kemenangan sensasional di Magny-Cours dari posisi start ke-16, sebelum merebut titel tim independen di akhir musim.
Sang pebalap Turki kemudian dipinang oleh Yamaha. Toprak memenangi balapan pertamanya untuk tim Pata Yamaha di Phillip Island dan merebut sembilan podium. Namun ia baru naik ke mimbar teratas setelah menang di Estoril pada akhir musim, babak di mana ia mengklaim pole WSBK pertamanya, juga yang pertama bagi seorang pebalap Turki.
Musim 2021 terbukti menjadi momen terbaik di karier Toprak, bertahan bersama tim Pata Yamaha with Brixx WorldSBK, ia mengklaim gelar juara dunia setelah menjalani pertarungan ketat dengan Rea dan Scott Redding hingga membuat penentuan titel dibawa ke seri terakhir di Indonesia.
Sang rival Rea menyampaikan respek kepada Toprak atas kemenangannya dan mengaku telah belajar banyak hal musim ini.
"Saya sangat senang bisa pulang setelah akhir pekan yang bagus di sirkuit baru, tapi tentunya, pemenang tahun ini adalah Toprak, dia dan timnya telah melakukan tugas yang luar biasa," kata Rea.
"Saya tidak ikut senang untuk dia, tapi saya sangat respek dengan tugas yang dia lakukan, yang timnya lalukan, dan dia benar-benar telah membuat saya lebih baik.
"Dia memiliki level sangat tinggi, tapi saya membenahi diri. Mereka memberi kami, Kawasaki, referensi untuk membuat motor lebih baik, yang sangat memotivasi kami untuk menuju jeda musim."
Menyandang status juara dunia baru WSBK, pembawaan Toprak tetap tenang dan sang pebalap teringat dengan pesan sang ayah.
"Ayah saya selalu bekerja keras untuk saya. Dia selalu mengatakan: Toprak, suatu hari kamu akan jadi juara dunia."
"Tapi dia tidak mungkin melihat itu sekarang. Dia telah meninggal empat tahun lalu," kata Toprak.
Sang ayah adalah sosok yang paling berpengaruh dalam hidup Toprak, namun ia meninggal dalam kecelakaan bermotor pada 17 November 2017, empat bulan sebelum Toprak pindah ke WSBK.
Jelang balapan seri terakhir Toprak menulis di media sosial, "Saya akan melakukan yang terbaik untukmu akhir pekan ini ayah. T.T.A" T.T.A merupakan kependekan dari Tek Taker Arif, julukan sang ayah yang berarti Wheelie Arif.
Akhir pekan itu, Toprak juga turut membantu Yamaha menyapu bersih tiga titel musim ini yaitu pebalap, tim dan konstruktor.
Tahun depan, Toprak akan menegaskan statusnya sebagai juara dunia dengan menyematkan angka 1 di nomor Yamaha YZR R1 miliknya yang selama ini berhiaskan angka 54.
Menjadi pebalap binaan Red Bull, minuman berenergi asal Austria, Toprak sepertinya masih betah di paddock WSBK dan dalam waktu dekat ini belum akan pindah ke kejuaraan lain, meskipun banyak yang mengelu-elukan sang pebalap untuk hijrah ke MotoGP.
Setelah balapan di Mandalika, Toprak memberi sinyal jelas.
"Saya suka paddock ini dan kami merasakan kebersamaan di sini. Kita akan lihat mungkin dua tahun lagi," kata Toprak.
"Saya tidak suka paddock satunya karena terlalu besar, setelah saya dua tahun di Rookies Cup saya melihat terlalu banyak orang di sana. Saya mungkin tidak suka, tapi kita lihat nanti. Tapi saat ini saya sangat senang di sini."