Inggris evakuasi lebih dari 13.000 orang dari Afghanistan

id Inggris,evakuasi,Kabul,Afghanistan,Taliban,berita sumsel, berita palembang, antara palembang

Inggris evakuasi lebih dari  13.000 orang dari Afghanistan

Pasukan Inggris dari 16 Brigade Serangan Udara tiba di Kabul, Afghanistan, untuk memberikan dukungan kepada para warga negara Inggris yang meninggalkan negara itu, sebagai bagian dari Operasi PITTING setelah gerilyawan Taliban menguasai istana presiden di Kabul, Minggu (15/8/2021). ANTARA FOTO/Reuters-HO-Kementerian Pertahanan Inggris 2021/hp.

London (ANTARA) - Inggris mengatakan pada Kamis (26/8) telah mengevakuasi lebih dari 13.000 orang dari Afghanistan, sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pemerintahnya akan melanjutkan operasi evakuasi di Kabul pascaserangan di dekat bandara.

"Evakuasi warga Afghanistan dan Inggris oleh militer, di bawah Operasi PITTING, sejauh ini telah mengeluarkan 13.146 orang dari Kabul sejak misi dimulai pada Jumat 13 Agustus," kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam pernyataan Kamis malam.

Jumlah orang yang telah dievakuasi itu mencakup staf kedutaan, warga negara Inggris, mereka yang memenuhi syarat di bawah program Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan, dan sejumlah warga negara dari negara-negara mitra, pernyataan itu menambahkan.

Sebuah serangan bom bunuh diri pada Kamis di gerbang bandara Kabul, yang dipadati orang, menewaskan puluhan warga sipil dan 12 tentara AS serta membuat kacau upaya untuk menerbangkan puluhan ribu warga Afghanistan, yang bergegas ingin pergi meninggalkan negara itu.

Serangan itu dinyatakan ISIS dilakukan oleh kelompoknya.

Setelah Johnson memimpin pertemuan soal tanggap darurat tentang situasi di Afghanistan, dia mengatakan pengangkutan udara Inggris akan terus "berlangsung sampai saat-saat terakhir".

Kementerian Luar Negeri Inggris pada Kamis malam mengeluarkan peringatan baru, yang menyebutkan ada "ancaman tinggi serangan teroris" di sekitar bandara Kabul.

Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan awal bulan ini dari pemerintah yang didukung AS, mengakibatkan ribuan orang lari menyelamatkan diri dan berpotensi merintis kembalinya kekuasaan militan dan otokratis dua dekade lalu.

Sumber: Reuters