PT Rimba Hutani Mas kerahkan helikopter pembom air atasi karhutla di Desa Muara Medak

id karhutla,karhutla muba,karhutla sumsel,desa muara medak,kebakaran hutan dan lahan,musi banyuasin,kabupaten muba,app sinar mas,pt rimba hutani mas,sina

PT Rimba Hutani Mas kerahkan helikopter pembom air atasi karhutla di Desa Muara Medak

Personel Regu Pemadam Kebakaran PT RHM melakukan penyemprotan air ke lahan yang terbakar sebagai upaya pendinginan lahan gambut di lokasi kebakaran Dusun 9, Desa Muara Medak, Kabupaten Musi Banyuasin, Kamis (29/7). (ANTARA/HO-PT RHM/21)

Setelah api dapat dipadamkan, kami langsung melakukan upaya pendingan (penyemprotan air) di sekitar lokasi. Ini berlangsung hingga malam
Palembang (ANTARA) - Perusahaan hutan tanam industri di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, PT Rimba Hutani Mas mengerahkan satu unit helikopter pembom air untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Muara Medak.

Upaya ini untuk menghalau karhutla di lahan sawit milik masyarakat Dusun 9, Desa Muara Medak, Kabupaten Musi Banyuasin, pada Kamis (29/7) sekitar pukul 15.30 WIB, yang berjarak sekitar 1,5 kilometer (Km) dari areal konsesi PT RHM yang menjadi mitra pemasok APP Sinar Mas ini.

Kepala Seksi Rehabilitasi dan Perlindungan Hutan Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah II Lalan Mendis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, Hakim Prasetya, yang dihubungi dari Palembang, Jumat, mengatakan berkat upaya serius tersebut, api dapat dipadamkan dalam kurun waktu 1,5 jam sehingga hanya menghanguskan lahan seluas 2 hektare (Ha).

“Kawasan Desa Muara Medak ini masuk dalam zona merah, dan menjadi pusat perhatian Satgas Karhutla Musi Banyuasin. Langkah cepat memang harus dilakukan agar karhutla tidak meluas karena di sini sebagian besar merupakan lahan gambut,” kata Hakim.

Desa Muara Medak menjadi perhatian Satgas Karhutla karena pada 2019 terbakar hebat yang menghanguskan kurang lebih 3 ribu Ha lahan. Saat itu warga di beberapa desa sempat dievakuasi karena adanya kabut asap.

Baca juga: PT Rimba Hutani Mas bantu sarana dan prasarana pencegahan karhutla di TN Berbak-Sembilang

Namun pada 2020, sama sekali tidak ada karhutla di kawasan tersebut.

Pada masa puncak kemarau yang diperkirakan dari Agustus-Oktober ini, semua pemangku kepentingan saling bersinergi untuk mencegah karhutla di lokasi tersebut.

Menurutnya, sinergi yang terjalin antara personel TNI/Polri, Manggala Agni, BPBD, Pemkab, KPH, dan perusahaan HTI telah berhasil membuat karhutla kemarin (29/7) dapat diatasi sehingga kebakaran tidak meluas seperti tahun 2019.

“Kami menilai peran perusahaan yang langsung menerjunkan helikopternya sangat membantu dalam upaya pemadaman kemarin,” kata Hakim.

Unit Pencegahan Karhutla PT Rimba Hutani Mas Alex Fatra mengatakan titik karhutla itu diketahui perusahaan melalui patroli drone.

Kemudian, tim di lapangan melapor ke Pusat Komando Pengendalian perusahaan sehingga langsung diterjunkan Tim Reaksi Cepat yang diperkuat 8 personel.

Baca juga: Seluas 15 hektare lahan di Ogan Ilir Sumsel terbakar

Baca juga: Sumsel minta tambahan helikopter pengeboman air atasi karhutla

Lalu TRC dibantu juga Regu Pemadam Kebakaran 15 orang, karyawan 8 orang, anggota Kelompok Masyarakat Peduli Api (KMPA) 15 orang, perwakilan pemerintahan desa 2 orang untuk memadamkan api tersebut melalui jalur darat. Serta perusahaan mengerahkan satu unit helikopter water bombing.

“Setelah api dapat dipadamkan, kami langsung melakukan upaya pendingan (penyemprotan air) di sekitar lokasi. Ini berlangsung hingga malam,” kata dia.

Sebagai upaya pencegahan, saat ini perusahaan mendirikan posko terpadu di sejumlah titik rawan dengan memberdayakan masyarakat setempat yang tergabung dalam KMPA.

Posko pemantauan yang fasilitas seperti peralatan pemadam, teropong, GPS ini diwajibkan memberikan laporan terkini ke Poskodal setiap jam.

Selain itu, perusahaan juga mengoptimalkan menara api dan kamera pemantau untuk deteksi dini karhutla.

Kawasan Muara Medak ini terbilang rawan karena berada di jalur perlintasan antarkabupaten dan antarprovinsi, yakni Sumsel dan Jambi. Kawasan hutan ini juga sebagian sudah ditempati masyarakat, yang mana masih didapati membuka lahan dengan cara bakar.

“Namanya perlintasan, bisa saja ada warga yang abai. Seperti membuang putung rokok, sehingga bisa menjadi pemicu karhutla,” kata Alex.

Baca juga: BPBD Sumsel prakirakan potensi karhutla makin meningkat

Baca juga: Polda Sumsel turunkan Brimob ke kabupaten rawan karhutla