Harmoko panutan banyak kader Golkar

id MPR RI,Bamsoet,Harmoko wafat

Harmoko panutan banyak kader Golkar

Mantan Ketua DPR/MPR dan Menteri Penerangan Harmoko keluar dari mobil untuk menjenguk Mantan Presiden Soeharto di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Rabu (16/1/2007). Sejumlah pejabat dan mantan pejabat menjenguk H. M. Soeharto yang kondisinya masih kritis, diantaranya Sri Sultan Hemengku Buwono X, Soedomo, dan pejabat lain. FOTO ANTARA/Fouri Gesang Sholeh/pd/aa. (ANTARA/FOURI GESANG SHOLEH)

Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai mantan Menteri Penerangan Harmoko sebagai sosok panutan bagi banyak kader Golkar.

"Harmoko adalah politisi senior, guru sekaligus panutan banyak kader Partai Golkar," kata Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, di Jakarta, Minggu.
 

Dia mengatakan Harmoko yang pernah menjabat sebagai ketua umum Golkar menderita sakit sejak beberapa tahun lalu.  Namun, semangat hidupnya luar biasa.

Menurut Bamsoet, semangat tersebut ditunjukkan Harmoko dengan rajin hadir di acara-acara besar Golkar walaupun harus duduk di kursi roda.

"Partai Golkar kehilangan kembali putra terbaiknya Harmoko bin Asmoprawiro yang berpulang pada hari Minggu 4 Juli jam 20.22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto," ujarnya.
Baca juga: Kabar duka, Mantan Menteri Penerangan Harmoko meninggal dunia

Bamsoet mengenang Harmoko pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru dan juga pernah menjadi Ketua MPR pada masa pemerintahan B.J Habibie.

Dia menilai perjalanan hidup Harmoko sangat luar biasa misalnya di era menjadi Menteri Penerangan, harga-harga kebutuhan pokok rakyat terkendali karena sering diumumkan.

Bahkan setiap hari tidak pernah terlewatkan, Harmoko muncul di televisi mengumumkan harga-harga kebutuhan pokok rakyat seperti harga cabe keriting dan lain-lain untuk mencegah para spekulan bermain," katanya.

Bamsoet mengatakan dirinya dan semua kader Partai Golkar merasa kehilangan atas wafatnya pria kelahiran Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939 itu.