Marlinda, Srikandi BRI pencetus Kampung Sayur Palembang

id kampung sayur,palembang,bri palembang

Marlinda, Srikandi BRI pencetus Kampung Sayur Palembang

Marlinda, penggiat tanaman hidroponik Kampung Sayur Palembang, memanen sayuran didampingi suaminya. (ANTARA/HO/21)

Botol-botol minuman hingga sampah berserakan di jalan gang kami yang sempit ini, becak saja ngak bisa masuk saking sempitnya. Tapi sejak ada tanaman-tanaman ini, tak ada lagi
Palembang (ANTARA) - Berawal dari hobi merawat tanaman, Marlinda tak pernah menyangka bahwa langkah awalnya merambah tanaman hidroponik telah menginspirasi warga sekitar tempat tinggalnya.

Kawasan yang dikenal kumuh, di Jalan Cempaka, Kelurahan 26 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil Palembang, Sumatera Selatan kini telah berubah asri berkat kepedulian Marlina pada lingkungannya. Lokasi ini pun dikenal dengan sebutan Kampung Sayur Palembang.
 
“Yang memulai itu saya, lalu ibu-ibu di kampung sini jadi ingin juga karena lihat tanaman ini subur, indah dan sedap dipandang mata,” kata Marlinda yang diwawancarai di Palembang, Jumat.

Marlinda mulai menanam tanaman hidroponik pada awal tahun 2020. Tepatnya sebelum wabah COVID-19 melanda.

Kala itu ia terinspirasi setelah menonton sebuah tayangan di kanal YouTube.

Cara yang digunakannya cukup sederhananya, dengan hanya memakai botol air meneral sebagai media, kemudian menabur benih yang dibeli secara online.

Lantaran berhasil, ia pun mulai memberanikan diri untuk menggunakan pipa paralon yang ditempatkan di dinding rumah.

Taktik ini dipakai Marlinda untuk mensiasati ketidakadaan halaman karena kediamannya berada di gang yang sempit.

“Lalu warga di sini melihat, dan heran. Kok bisa tanam sayur di depan rumah, walau tidak ada lahan,” kata dia.

Aksi nyata ini sontak menginspirasi para ibu-ibu setempat sehingga setidaknya 20 Kepala Keluarga sudah menerapkan pertanian hidroponik ala Marlinda tersebut.

Bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga, para ibu-ibu ini juga mendapatkan pemasukan tambahan dari penjualan beragam jenis sayuran, seperti slada, caisim, bayam brazil, cabai, dan paprika.

Omset pun terus meningkat lantaran maraknya penjualan sayuran ‘sehat’ secara online di Kota Palembang.

“Kami sifatnya menunggu saja, mereka (pembeli) yang datang ke sini. Setiap hari, bisa ada pemasukan setidaknya Rp50 ribu, pokoknya ada saja yang beli,” kata dia.

Saat ini para penggiat urban farming Kampung Sayur itu telah mengelola bisnis mereka secara bersama-sama sehingga kegiatan ini memberikan dampak yang lebih luas lagi. Kini, mereka telah memiliki sepetak lahan yang dikelola bersama setelah difasilitasi pemerintah setempat. Lokasinya pun tak jauh dari tempat tinggalnya.

Keberhasilan dalam urban farming ini juga tak lepas dari dukungan suaminya, Rudy Harsyam yang merupakan prajurit TNI AL.

Rudy mengatakan sangat mendukung kegiatan istrinya karena sejak lama gerah dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya.

Gang sempit itu kerap dijadikan tempat pembuangan sampah. Belum lagi aroma tak sedap yang kerap menyeruak di udara karena berdekatan dengan alur anak Sungai Musi.

“Botol-botol minuman hingga sampah berserakan di jalan gang kami yang sempit ini, becak saja ngak bisa masuk saking sempitnya. Tapi sejak ada tanaman-tanaman ini, tak ada lagi,” kata dia.

Berkat langkah nyata warga kampung tersebut dalam membuat asri lingkungan, tak ayal beragam program pun dilancarkan pemerintah terkait dukungan untuk urban farming.

Jalan yang semula dibangun seadanya, saat ini sudah dicor oleh pemerintah setempat. Dalam setahun terakhir pun, beberapa kampus di Palembang mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan studi mempelajari urban farming.

Tak berapa lama lagi, Pemkot Palembang akan melancarkan program Ternak Lele Dalam Ember.

Tak ketinggalan dari kalangan perbankan juga tertarik mengucurkan kredit usaha bagi pelaku usaha di lokasi tersebut.

Salah satu perbankan yang getol dalam membatu warga setempat yakni BRI.

“Awalnya kami menerima kunjungan dari Pinwil BRI Palembang, dan beliau mengatakan siap membantu kucuran KUR,” kata dia.

Sejumlah warga sangat menyambut baik karena kredit suntikan modal ini diberikan dengan bunga yang sangat rendah.

Rudi menceritakan, dirinya mendapatkan pinjaman senilai Rp50 juta dari BRI dengan masa pengembalian selama tiga tahun dengan bunga hanya Rp4 juta.

Warga setempat yang bergerak di bidang UMKM pun diberikan kucuran KUR, seperti pedagang pempek, pedagang sayuran, peternak burung, dan lainnya.

“Mereka dipinjami Rp10 juta, lalu digratiskan pembayaran selama tiga bulan. Artinya cuma banyar sembilan bulan, dan tanpa bunga lagi. Dimana lagi seperti ini, warga benar-benar terbantu oleh BRI,” kata dia.

Pimpinan Kantor Wilayah BRI Palembang Revi Rizal mengatakan BRI sebagai bank pemerintah sangat berkomitmen dalam pengembangan UMKM.

Dukungan BRI ini sangat nyata diberikan dengan menyasar pelaku-pelaku usaha mikro. Oleh karena itu, BRI pun tak ragu menyematkan gelar Srikandi BRI bagi Marlinda yang dipandang menjadi sosok inspirasi dan pembawa kebaikan bagi lingkungannya.

Ini karena UMKM dinyakini sebagai penggerak ekonomi negara sehingga semakin banyak pelaku usaha yang merambah sektor ini sebanyak-banyaknya.

Pada 2020, BRI Palembang yang membawahi Sumsel, Jambi dan Babel telah menyalurkan Rp4,2 triliun kepada 139.688 debitur.

Porsinya KUR Ritel mencapai Rp550 miliar, KUR Mikro Rp3,5 triliun sedangkan Super Mikro Rp232 miliar.

"Untuk peran BRI terhadap UMKM, sebenarnya tidak hanya melalui KUR, namun juga melalui UMKM kredit yang di tahun 2020 penyaluran mencapai Rp30,6 triliun," katanya.