Beragam respon sambut era baru, ada yang langsung ingin 'ngemall'

id Normal baru

Beragam respon sambut era baru, ada yang langsung ingin 'ngemall'

Seorang pramuniaga memeriksa suhu tubuh pengunjung yang akam memasuki salah satu gerai pakaian di pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/5/2020). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc.

Jakarta (ANTARA) - Dibukanya kembali pusat perbelanjaan atau mal mendatangkan beberapa reaksi dari masyarakat seperti menyambut dengan gembira atau tidak setuju.

Menurut psikolog Intan Erlita, M.Psi, masyarakat Jakarta kini terbagi menjadi tiga tipe pada era normal baru yakni tipe yang menyambut antusias, memilih untuk tetap di rumah dan 50:50.

"Ada tipe yang begitu tahu mau masuk new normal langsung happy, langsung pengin ke mal lah, nge-list mau makan apa, terus sudah excited lah baju-baju yang mau mereka pakai yang selama ini cuma di lemari doang. Ada yang kayak gitu," jelas Intan kepada Antara pada Sabtu (30/5).

Tipe yang memilih tetap di rumah adalah orang-orang yang waspada. Mereka cenderung memiliki rasa takut dan menunggu sampai keadaan benar-benar normal bukan normal baru.

"Ada juga yang masih wait and see dulu deh, masih mau lihat dulu karena takut, masih yang penuh hati-hatinya, jadi memilih untuk di rumah aja," kata Intan.

Tipe terakhir adalah orang-orang yang datang ke pusat perbelanjaan atau mal hanya untuk mencari sesuatu yang benar-benar penting bukan sengaja datang untuk jalan-jalan.

Baca juga: Palembang siap jalankan proses menuju normal baru, penerapannya awal Juni

Baca juga: Update 30 Mei: Warga Sumsel sembuh dari infeksi COVID-19 terus bertambah, terbanyak dari Palembang

"Tapi ada juga yang di tengah-tengahnya, yang kalau ke luar rumah kalau urgen doang cuma mau kerja, tapi kalau ke anak enggak boleh keluar rumah dulu," ujar mantan presenter olahraga itu.

Intan juga menegaskan bahwa normal baru bukanlah suatu keadaan yang benar-benar normal. Era normal baru adalah bagaimana masyarakat hidup berdampingan dengan virus COVID-19 sehingga tetap harus mengikuti protokol kesehatan dan keamanan,

"Jadi jangan sampai kita salah nangkep dengan ini berarti udah normal. Enggak kayak gitu, garis merahnya adalah kita hidup berdampingan tapi ada COVID-19 nih, karena bisa dikatakan back to normal kalau si COVID-19 sudah enggak ada atau sudah ditemukan vaksinnya," jelas Intan.