Menteri PPN/Bappenas minta kampus tidak cetak pengangguran terdidik
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa meminta kampus tidak lagi mencetak lulusan yang nantinya menjadi pengangguran terdidik.
"Tingkat pengangguran lulusan SMK sekitar 11,2 persen atau 1,7 juta jiwa, sedangkan lulusan pendidikan tinggi sekitar 5,9 persen atau 950.000 jiwa. Mereka ini merupakan pengangguran lulusan sarjana," ujar Suharso dalam sambutannya pada Dies Natalis Universitas Pertamina ke-4 di Jakarta, Selasa.
Oleh karena itu, Suharso mengajak perguruan tinggi untuk melakukan refleksi sehingga bisa menghasilkan lulusan yang berkontribusi pada pembangunan bangsa. Perguruan tinggi hendaknya menjadi pusat pengetahuan, motor penggerak lahirnya inovasi-inovasi baru.
"Kami mengundang Universitas Pertamina, untuk bekerja sama dengan universitas kelas dunia. Saya kira Universitas Pertamina mampu menjadi perguruan tinggi yang memiliki keunggulan di bidang energi baru dan terbarukan," terang dia.
Suharso menambahkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan dari 68,9 pada 2014 menjadi 71,39 pada 2018. Begitu juga dengan tingkat pengangguran terbuka, yang mana pada 2019 turun tipis menjadi 5,28 persen.
Untuk lapangan kerja yang tercipta pada 2019 sebanyak 2,51 juta. Selama lima tahun (2015-2019), lapangan kerja yang tercipta mencapai 11,88 juta, melebihi target 10 juta lapangan kerja.
"Penciptaan kesempatan kerja terus didorong melalui investasi padat pekerja di sektor bernilai tambah tinggi dan sumber pertumbuhan baru, penumbuhan kewirausahaan, peningkatan ekspor dan penguatan rantai pasok," terang dia lagi.
Ke depan, lanjut Suharso, pembangunan sumber daya manusia (SDM) fokus pada kebutuhan keterampilan industri masa depan yakni kemampuan kognitif, kemampuan sistem, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan proses, dan kemampuan teknis.
"Dalam hal ini, perguruan tinggi memiliki peran dalam penyiapan sumber daya manusia berkualitas, berdaya saing, dan berkarakter," jelas Suharso.
Rektor Universitas Pertamina Prof Akhmaloka mengatakan sejak didirikannya Universitas Pertamina pada empat tahun yang lalu, kampus itu memiliki semangat dalam membangun SDM yang berkualitas dan berkontribusi membangun ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memiliki dampak besar bagi kemajuan bangsa dan negara.
"Dalam membangun SDM yang unggul, perguruan tinggi harus tampil di garda terdepan. Perguruan tinggi adalah institusi yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni dalam mencetak SDM yang kompetitif, inovatif, dan berkarakter yang mampu bersaing di tingkat global," kata Akhmaloka.
Universitas Pertamina didirikan pada 11 Februari 2016 dan diresmikan oleh Menristekdikti waktu itu Prof Mohamad Nasir dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) waktu itu Dwi Soetjipto.
"Tingkat pengangguran lulusan SMK sekitar 11,2 persen atau 1,7 juta jiwa, sedangkan lulusan pendidikan tinggi sekitar 5,9 persen atau 950.000 jiwa. Mereka ini merupakan pengangguran lulusan sarjana," ujar Suharso dalam sambutannya pada Dies Natalis Universitas Pertamina ke-4 di Jakarta, Selasa.
Oleh karena itu, Suharso mengajak perguruan tinggi untuk melakukan refleksi sehingga bisa menghasilkan lulusan yang berkontribusi pada pembangunan bangsa. Perguruan tinggi hendaknya menjadi pusat pengetahuan, motor penggerak lahirnya inovasi-inovasi baru.
"Kami mengundang Universitas Pertamina, untuk bekerja sama dengan universitas kelas dunia. Saya kira Universitas Pertamina mampu menjadi perguruan tinggi yang memiliki keunggulan di bidang energi baru dan terbarukan," terang dia.
Suharso menambahkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan dari 68,9 pada 2014 menjadi 71,39 pada 2018. Begitu juga dengan tingkat pengangguran terbuka, yang mana pada 2019 turun tipis menjadi 5,28 persen.
Untuk lapangan kerja yang tercipta pada 2019 sebanyak 2,51 juta. Selama lima tahun (2015-2019), lapangan kerja yang tercipta mencapai 11,88 juta, melebihi target 10 juta lapangan kerja.
"Penciptaan kesempatan kerja terus didorong melalui investasi padat pekerja di sektor bernilai tambah tinggi dan sumber pertumbuhan baru, penumbuhan kewirausahaan, peningkatan ekspor dan penguatan rantai pasok," terang dia lagi.
Ke depan, lanjut Suharso, pembangunan sumber daya manusia (SDM) fokus pada kebutuhan keterampilan industri masa depan yakni kemampuan kognitif, kemampuan sistem, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan proses, dan kemampuan teknis.
"Dalam hal ini, perguruan tinggi memiliki peran dalam penyiapan sumber daya manusia berkualitas, berdaya saing, dan berkarakter," jelas Suharso.
Rektor Universitas Pertamina Prof Akhmaloka mengatakan sejak didirikannya Universitas Pertamina pada empat tahun yang lalu, kampus itu memiliki semangat dalam membangun SDM yang berkualitas dan berkontribusi membangun ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memiliki dampak besar bagi kemajuan bangsa dan negara.
"Dalam membangun SDM yang unggul, perguruan tinggi harus tampil di garda terdepan. Perguruan tinggi adalah institusi yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni dalam mencetak SDM yang kompetitif, inovatif, dan berkarakter yang mampu bersaing di tingkat global," kata Akhmaloka.
Universitas Pertamina didirikan pada 11 Februari 2016 dan diresmikan oleh Menristekdikti waktu itu Prof Mohamad Nasir dan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) waktu itu Dwi Soetjipto.