WCC Palembang soroti banyaknya kekerasan seksual terhadap anak

id Kekerasan anak, wcc palembang, uu kekerasan seksual, prolegnas, kekerasan dalam pacaran, pelecehan seksual, pendidikan s,berita sumsel, berita palemba

WCC Palembang soroti  banyaknya kekerasan seksual terhadap anak

Direktur Eksekutif Women`s Crisis Centre (WCC) Palembang Yeni Roslaini Izi, Jumat (24/1/2020). ANTARA/Aziz Munajar

Palembang (ANTARA) - Pusat pembelaan hak-hak perempuan, Women's Crisis Center Palembang, menyoroti masih tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak di Sumatera Selatan, terutama Kota Palembang, selama dua tahun terakhir.

Direktur Eksekutif Women's Crisis Centre (WCC) Palembang, Yeni Roslaini Izi, di Palembang, Jumat, mengatakan dari 138 kasus yang dilaporkan dan tercatat selama 2019, 72 kasus merupakan perkosaan dan pelecehan seksual, 30 persen di antaranya menyasar korban usia anak.

"Korban dari kalangan anak-anak ini dampaknya amat serius, bahkan ada anak usia tujuh tahun korban pencabulan yang sampai stres," ujar dia.

Masih tingginya korban kekerasan dari usia anak (7-12 tahun), menurut dia, harus menjadi perhatian masyarakat di Sumsel karena kasus-kasus yang tidak terungkap dan terhimpun WCC Palembang disinyalir masih banyak terjadi, sedangkan dampak psikologis bagi para korban sulit dipulihkan.

Dampak-dampak yang serius itu, kata dia, seharusya bisa ditangani dengan baik jika undang-undang kekerasan seksual yang mengatur soal pemulihan dan tanggung jawab negara segera disahkan.

"Kami berharap UU kekerasan seksual yang sudah masuk prolegnas bisa disahkan tahun ini, sebab tidak sedikit korban yang kemudian merasa hidupnya tidak berguna sampai nekat bunuh diri," kata Yeni.

Secara umum, WCC Palembang mencatat adanya peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan di Sumsel dari 133 kasus pada 2018 menjadi 138 kasus selama 2019.

Dari 138 kasus tersebut, 72 di antaranya kekerasan seksual, 38 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), 16 kasus Kekerasan Dalam Pacaran (KDP), dan 12 kasus lainnya.

"Akibat kekerasan-kekerasan itu banyak kehamilan yang tidak diinginkan, ini juga menjadi peringatan agar pendidikan seks dalam keluarga maupun lembaga ditingkatkan lagi," demikian Yeni.