Di Tapanuli Utara Sumut puluhan ternak babi mati mendadak
Taput (ANTARA) - Puluhan ternak babi di sejumlah desa di Kecamatan Siatasbarita, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, mati mendadak yang diduga akibat virus toga yang mengakibatkan penyakit "hogcholera" .
Terkait hal tersebut, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tapanuli Utara, Ronny Hutasoit, Rabu, mengimbau warga untuk tidak melakukan impor ternak babi dari daerah terjangkit penyakit ternak.
Hal itu dilakukan sebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran virus yang terindikasi menjadi penyebab matinya puluhan ternak di sejumlah desa di Kecamatan Siatasbarita.
"Kita imbau, warga tidak impor ternak babi dari luar daerah yang telah lebih dahulu terjangkit penyakit seperti dari Dairi, dan Humbanghasundutan," katanya.
Sebab, kata dia, tindakan pencegahan atas penyakit tersebut dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, tidak memasukkan ternak dari luar daerah yang terindikasi terjangkit, serta melakukan vaksinasi.
Ronny mengungkapkan, untuk saat ini, pihaknya telah melakukan dua langkah sekaligus dalam menyikapi fenomena puluhan babi mati mendadak yang terjadi di Desa Simorangkir, Desa Panggabean, dan Desa Enda Portibi, Siatasbarita, Taput.
"Di daerah terjangkit, kita telah melakukan pengobatan atas ternak warga melalui pemberian vitamin dan antivirus. Sementara, untuk ternak warga di luar Kecamatan Siatasbarita, sedang dilakukan vaksinasi," jelasnya.
Menurutnya, berdasarkan ciri-ciri yang terlihat dari anatomi ternak, matinya ternak babi di wilayah Siatasbarita disebabkan oleh penularan jenis virus toga yang mengakibatkan penyakit "hogcholera" .
Hal tersebut menjadi kesimpulan sementara pihaknya sembari menunggu penyebab pasti berdasarkan sampel darah ternak terjangkit yang telah diambil oleh petugas laboratorium Balai Veteriner Medan, pada pekan lalu.
"Jika penyebabnya adalah virus toga, maka dapat dipastikan jika virus tersebut tidak 'zoonosis' atau menular kepada manusia," katanya.
Terkait hal tersebut, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Tapanuli Utara, Ronny Hutasoit, Rabu, mengimbau warga untuk tidak melakukan impor ternak babi dari daerah terjangkit penyakit ternak.
Hal itu dilakukan sebagai salah satu langkah pencegahan penyebaran virus yang terindikasi menjadi penyebab matinya puluhan ternak di sejumlah desa di Kecamatan Siatasbarita.
"Kita imbau, warga tidak impor ternak babi dari luar daerah yang telah lebih dahulu terjangkit penyakit seperti dari Dairi, dan Humbanghasundutan," katanya.
Sebab, kata dia, tindakan pencegahan atas penyakit tersebut dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, tidak memasukkan ternak dari luar daerah yang terindikasi terjangkit, serta melakukan vaksinasi.
Ronny mengungkapkan, untuk saat ini, pihaknya telah melakukan dua langkah sekaligus dalam menyikapi fenomena puluhan babi mati mendadak yang terjadi di Desa Simorangkir, Desa Panggabean, dan Desa Enda Portibi, Siatasbarita, Taput.
"Di daerah terjangkit, kita telah melakukan pengobatan atas ternak warga melalui pemberian vitamin dan antivirus. Sementara, untuk ternak warga di luar Kecamatan Siatasbarita, sedang dilakukan vaksinasi," jelasnya.
Menurutnya, berdasarkan ciri-ciri yang terlihat dari anatomi ternak, matinya ternak babi di wilayah Siatasbarita disebabkan oleh penularan jenis virus toga yang mengakibatkan penyakit "hogcholera" .
Hal tersebut menjadi kesimpulan sementara pihaknya sembari menunggu penyebab pasti berdasarkan sampel darah ternak terjangkit yang telah diambil oleh petugas laboratorium Balai Veteriner Medan, pada pekan lalu.
"Jika penyebabnya adalah virus toga, maka dapat dipastikan jika virus tersebut tidak 'zoonosis' atau menular kepada manusia," katanya.