WCC Palembang galakkan kampanye stop pernikahan dini

id wcc,woment crisis center,kampanye stop pernikahan dini,laju penduduk,pengendalian penduduk,kekerasan dalam rumah tangga,kdrt

WCC Palembang galakkan kampanye stop pernikahan dini

Direktur Eksekutif WCC Palembang Yeni Roslaini Izi berdiskusi dengan kelompok yang didampingi WCC dalam perayaan Hari Perempuan Internasiona di Palembang, Rabu (8/3). (ANTARA News Sumsel/Dolly Rosana/17)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Pusat pembelaan hak-hak perempuan "Women`s Crisis Centre" Palembang, Sumatera Selatan, berupaya menggalakkan kampanye Stop Pernikahan Dini sebagai partisipasi dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk.

"Kampanye itu perlu digalakkan sebagai wujud kepedulian dan partisipasi dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan upaya mencegah terjadinya tindak kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga," kata Ketua Women`s Crisis Centre (WCC) Palembang, Yeni Roslaini Izi di Palembang, Rabu.

Menurut dia, laju pertumbuhan penduduk di daerah ini dan angka kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terutama menimpa perempuan yang menikah pada usia muda cukup tinggi, melihat kondisi itu pihaknya berupaya menggalakkan kampanye Stop Pernikahan Dini.

Kegiatan yang bertujuan untuk mengimbau masyarakat terutama remaja putri agar tidak menikah dalam usia muda, difokuskan di sekolah tingkat SMA sederajat dan kampus perguruan tinggi, katanya.

Dia menjelaskan, berdasarkan data yang dihimpun di lapangan, pasangan muda yang menjalin hubungan rumah tangga atau pernikahan pada usia dini sangat rentan terjadinya KDRT.

Kasus KDRT yang ditangani aktivis WCC di provinsi yang memiliki 17 kabupaten dan kota itu, sebagian besar perempuan yang menjadi korbannya berusia di bawah 30 tahun.

Salah satu penyebab terjadinya kasus KDRT itu karena perempuan dan laki-laki yang menikah dalam usia relatif muda masih belum bisa mengendalikan emosinya dengan baik, sehingga ketika terjadi pertengkaran biasanya tidak segan-segan suami main pukul atau melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya.

Tindak kekerasan tersebut biasanya terjadi berulang kali karena istri yang menjadi korban pemukulan terkesan membiarkan pasangannya melakukan tindak kejahatan itu atau malu dan takut untuk melaporkan KDRT kepada aparat kepolisian terdekat.

Angka kasus KDRT di daerah ini cukup tinggi, berdasarkan data yang dihimpun aktivis WCC di Kota Palembang dan beberapa kabupaten/kota di Sumsel lainnya, dalam beberapa tahun terakhir setiap bulannya terdapat 5 - 12 kasus KDRT.

Untuk meminimalkan kasus tindak kekerasan terhadap perempuan itu, pihaknya terus berupaya melakukan kampanye tersebut agar perempuan di daerah ini tidak melakukan pernikahan secara dini atau dalam usia yang relatif muda, serta hati-hati memilih calon suami, kata Yeni.

Pewarta :
Editor: Indra Gultom
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.