Tanjung Tapa OKI diproyeksi jadi pelabuhan internasional

id pelabuhan, oki, oki pulp

Tanjung Tapa OKI diproyeksi jadi pelabuhan internasional

Ilustrasi- Aktivitas di Pelabuhan Merak, Banten. (Antarasumsel.com/Andika Wahyu/dol/16)

Kayuagung (ANTARA Sumsel) - Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan memproyeksikan Tanjung Tapa menjadi pelabuhan laut internasional karena memiliki lokasi strategis dengan kedalaman dan luas yang sangat memandai untuk dilalui kapal berukuran besar.

Bupati Ogan Komering Ilir Iskandar di Kayuagung, Rabu, mengatakan, kawasan Tanjung Tapa di Kecamatan Air Sugihan Kabupaten OKI ini sangat berpotensi menjadi pelabuhan laut terkemuka di Asia karena dapat menghemat waktu tempuh bagi yang ingin berlayar ke Eropa.

Tanjung Tapa yang berbatasan langsung dengan Selat Bangka ini diketahui berkedalaman air (bathymetric) lebih dari 16,50 meter dan luas lebih dari 2.000 meter jika dihitung dari garis pantai hingga ke Selat Bangka.

"Besarnya potensi menjadi pelabuhan laut terkemuka ini juga didukung oleh kajian PT OKI Pulp and Paper yang menyebutkan bahwa perairan di wilayah ini sangat layak untuk pelabuhan laut dalam (deep sea port)," kata dia.

Ia mengatakan jika pelabuhan ini direalisasikan maka menunjang kegiatan perekonomian masyarakat untuk sektor pertanian dan perkebunan, perikanan di dua provinsi sekaligus yakni Sumsel dan Bangka Belitung.

Karena itu, Kabupaten OKI telah mengusulkan peningkatan fungsi kawasan menjadi pelabuhan ke Menteri Perhubungan dan Menteri Kelautan dan Perikanan.

Wakil Direktur PT OKI Pulp and Paper Gadang H Hartawan mengatakan, berdasarkan kajian survei tim Asosiasi Navigasi Internasional (PIANC) pada 2013 disebutkan bahwa wilayah Tanjung Tapa sangat direkomendasikan untuk jadi pelabuhan laut.

PT OKI Pulp and Paper melalukan kajian tersebut karena membutuhkan fasilitas pelabuhan untuk mendistribusikan produk ekspor impor secara efektif dan efisien yakni 2.000.000 ton bubur kayu per tahun.

Hanya saja jika Tanjung Tapa akan dijadikan pelabuhan maka dibutuhkan pelebaran alur sebanyak tiga kali dari lebar awal agar dapat dilalui kapal berukuran besar.

Sementara untuk kedalaman, sudah sangat menunjang karena syarat minimal kedalaman yakni 16 meter pada sudut terendah, atau ketika terjadi pasang surut dan kapal dalam keadaan bermuatan penuh.

"Lokasi Tanjung Tapa juga dianggap terlindung dari pengaruh perubahan gelombang laut yang meningkat meski memiliki paparan angin dari timur selatan. Selain itu, catatan risiko juga rendah terhadap bencana alami seperti intensitas gempa, badai tropikal dan gelombang pasang," kata dia.

Dari sisi bisnis, jarak Tanjung Tapa dari lokasi pabrik PT OKI Pulp hanya sekitar 65,18 km dengan 12.80 km terakhir berada di area Hutan Tanam Industri.

Ia mengatakan sebagian di areal basah sehingga memerlukan jembatan yang menghubungkan antara gudang dan kontainer area menuju dermaga sepanjang 2,260 meter mencapai kedalaman yang diperlukan di landasan dermaga utama (16,30 m) saat surut terendah.

Jembatan dibangun untuk menghindari penumbangan pohon hidup di garis pantai.

"Semua produk yang dihasilkan untuk tujuan domestik dan ekpor impor akan diangkut melalui jalan darat, dari lokasi pabrik baik ke gudang pelabuhan sampai kedatangan kapal kargo atau langsung ke sisi kapal kargo," kata dia.

Terkait kendala yang dihadapi, Gadang mengatakan Tanjung Tapa memiliki area sepanjang 2.30 km yang masuk hutan lindung sehingga memerlukan izin khusus transit di lahan basah.

"Akan tetapi, manfaat yang didapat jauh lebih banyak, yakni pembangunan pelabuhan laut di Tanjung Tapa akan memberi manfaat bagi Kabupaten OKI serta mendukung KEK Tanjung Api-Api" kata Gadang.

Pabrik pulp terbesar di Asia dengan nilai investasi Rp35 triliun ini akan mengekspor dua juta ton pulp dan 500 ribu ton tisu dengan nilai mencapai 1,5 miliar dolar AS (Rp20 triliun) pada tahun pertama.

Keberadaan APP OKI ini diperkirakan akan mendongkrak ekspor Sumsel sebesar 32 persen, sedangkan PDRB sebesar 11 persen.