Idul Adha momentum mendekatkan diri pada Allah

id hari raya, Idul Adha, kurban, sang pencipta, tuhan yang maha esa, mui

Idul Adha momentum mendekatkan diri pada Allah

Majelis Ulama Indonesia-MUI (Antarasumsel.com/Grafis/Aw)

Kupang (ANTARA Sumsel) - Perayaan hari raya Idul Adha merupakan momentum atau kesempatan bagi seorang Muslim mendekatkan diri kepada Allah SWT, menggapai ridha-Nya, dan menyempurnakan ketakwaan kepada-Nya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Nusa Tenggara Timur H Abdul Kadir Makarim mengatakan hal itu di Kupang, Minggu seraya menyebutkan umat Islam harus memahami tujuan dan substansi Idul Adha agar tidak terjebak pada momentum ritual tahunan belaka.

Ketua Roi's Am PBNU NTT itu mengatakan umat Islam harus memahami tujuan dan substansi Idul Adha agar tidak terjebak pada momentum ritual tahunan belaka.

Ia mengatakan, bagi para orang tua, Idul Adha adalah momentum untuk kembali membangun komunikasi secara vertikal dan horizontal, atau komunikasi antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam serta lingkungannya.

Menurut dia, hikmah Idul Adha adalah agar orang mau berpikir dan merenungkan tentang bagaimana kuatnya godaan harta terhadap keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT.

"Ketika godaan itu semakin kuat, orang hanya dapat berharap pada nurani yang selalu membisikkan agar tidak terpengaruh. Karena itu tindakan mawas diri dan introspeksi diri dan semangat berkurban bagi sesama penting dilakukan," katanya.

Ia juga mengajak kaum Muslim di seluruh daerah Nusa Tenggara Timur bahkan Indonesia untuk selalu meneladani Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail AS.

Karena Nabi Ibrahim dan Ismail AS memiliki kerelaan dan kepasrahan serta ketabahan yang tulus menjalankan segala perintah Allah. Kerelaan untuk berkorban dan perjuangannya itulah yang harus kita tegakkan agar negeri ini lebih baik.

Ia mengatakan Nabi Ismail dalam usianya yang masih relatif muda, rela mengurbankan nyawanya demi Allah dan kepatuhan kepada orang tuanya," katanya.

"Dalam menghadapi kehidupan selayaknya meneladani kehidupan keluarga Nabi Ibrahim AS," katanya.

Sebab, ada drama kehidupan yang besar dalam sejarah umat manusia yang di dalamnya terungkap keridoan seorang ibu dalam berkorban, keikhlasan seorang anak dalam kepatuhan kepada orang tua, serta ketawakalan seorang ayah dalam menjunjung tinggi perintah Allah SWT.